Minggu, 13 April 2014

TUGAS INDIVIDU

 TUGAS MATA KULIAH PEDAGOGI

LAPORAN WAWANCARA GURU

O
L
E
H
 
Anggi Gurning
091301100

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014


BAB I
PENDAHULUAN

Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Kalimat tersebut sudah pasti tidak asing di telinga kita. Guru merupakan jembatan kita mengetahui seluk beluk dunia. Sudah pasti dalam prakteknya, menjadi guru bukanlah pekerjaan yang mudah. Guru adalah orang tua kita di sekolah, sehingga sudah pasti guru mengetahui kemampuan kita. Menjadi guru berarti mengabdikan dirinya untuk pendidikan dan mendidik anak-anak yang menjadi tanggung jawabnya. Mengajar atau mendidik merupakan sebuah seni dalam mentransformasikan bahan ajar kepada para peserta didik pada situasi dan dengan menggunakan media tertentu. Seni mengajar akan terlihat ketika terjadi interaksi antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Menjadi guru bukanlah pekerjaan yang mudah. Apalagi guru TK dan SD kelas 1. Mereka memikul tugas yang berat karena harus mengajar anak didiknya sesuatu yang baru, seperti menulis, membaca dan berhitung.

Seperti yang kita ketahui bahwa seorang anak yang berada pada tingkat usia dini sangat membutuhkan pendampingan yang cukup ketika sedang melakukan sebuah kegiatan. Kesabaran seorang guru dalam memberikan perhatian sangat dibutuhkan saat mengajar dan mendidik. Untuk itu, saya melakukan wawancara dengan guru SD kelas 1. Beliau sudah mengajar selama 24 tahun. Beliau mengajar sejak berusia 26 tahun setelah lulus dari sebuah universitas negri di kota Medan. Dan karena pengabdiannya akan pendidikan, beliau masih mengajar sampai sekarang di salah satu sekolah swasta di kota Medan.


BAB II
HASIL WAWANCARA

Data Pribadi.
Inisial                            : KS
Jenis kelamin                 : Perempuan
Status                            : Guru SD kelas 1
Usia                              : 50 tahun
Lama mengajar              : 24 tahun (sejak tahun 1990 sampai sekarang)
Pengalaman mengajar    : Tahun 1990 – tahun 2014 mengajar SD di salah satu sekolah swasta di kota Medan.

Wawancara dilakukan pada hari Kamis, 20 Maret 2014 pada pukul 12.00-13.00 WIB di TK tempat narasumber mengajar, tepatnya berada di ruang guru. Posisi duduk saya dan narasumber saling berhadapan selama proses wawancara berlangsung. Pertanyaan yang diajukan mengenai bagaimana pandangan guru tentang pendidikan, motivasi yang mendasari, bagaimana sudut pandang sebagai guru dalam melihat peserta didik, apa filosofi dalam mengajar dan pendekatan dalam mengajar. Sebelum memulai wawancara, saya memperkenalkan diri terlebih dahulu dan meminta kesediaan beliau untuk saya wawancarai dan saya memberikan kesempatan kepada beliau untuk memperkenalkan dirinya terlebih dahulu sebelum wawancara dimulai. Adapun hasil wawancaranya adalah sebagai berikut:

Beliau mengatakan bahwa pedidikan merupakan kebutuhan setiap individu karena kaitan pendidikan dengan dunia globalisasi saat ini tidak bisa dihindari lagi dan setiap anak seharusnya berhak untuk mendapat pendidikan yang sama dan duduk di bangku sekolah bukannya tinggal di jalan dan mengabaikan pendidikan. Sebagai seorang guru yang mengajar di bangku kelas 1 SD, beliau mengaku cukup kewalahan apabila ada anak yang sama sekali belum bisa menuliskan abjad dan angka. Baginya itu merupakan sesuatu yang sudah dipelajari dasarnya ketika anak tersebut duduk di bangku TK. Namun masih banyak orangtua yang tidak memperhatikan hal ini. Sehingga beliau harus memberikan perhatian yang lebih banyak kepada anak-anak yang tidak mengenak abjad dan angka ini.

Beliau juga mengatakan bahwa biaya pendidikan yang cukup mahal menjadi salah satu alasan orang tua untuk tidak memasukkan anak-anak mereka ke TK. Selain itu, banyaknya penyelewengan Biaya Operasional Sekolah (BOS) di beberapa sekolah negri juga menjadi penyebab banyaknya anak-anak yang putus sekolah. Beliau menambahkan bahwa seharusnya pemerintah daerah memperhatikan penyaluran dana yang menjadi anak-anak kurang mampu sehingga setiap anak mendapat kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan di usia dini.

Ketika saya menanyakan motivasi beliau mengajar di kelas 1, beliau tertawa terbahak-bahak dan mengaku tidak pernah memiliki bayangan menjadi seorang guru. Beliau berkata seperti ini: “aduuuuh, menjadi guru itu tidak enak. Kalau muridnya pintar, gurunya dilupakan. Tapi kalau muridnya kurang mampu menangkap pelajaran, orang tua murid bilang gurunya yang tidak pintar mengajar, belum lagi gajinya kecil...”. Namun beliau mengatakan bahwa menjadi guru merupakan suatu berkah baginya karena Ia memiliki kesempatan untuk memiliki banyak anak, terlebih lagi anak didiknya selalu memiliki aksi yang kadang membuatnya terhibur.

Menurut Beliau murid-muridnya merupakan anak-anak yang menyenangkan dan beliau yakin suatu saat nanti salah satu dari peserta didiknya akan menjadi pemimpin bangsa ini. Walaupun beliau mereasa beban yang Ia pikul cukup berat karena anak-anak gampang bosan, baliau memiliki metode yang dapat mengundang anak-anak untuk bersemangat belajar kembali. Beliau juga mengaku bangga apabila ada guru kelas 2 yang memuji anak-anak didiknya ketika mereka mampu berhitung dengan cepat.

 Filosofi yang dimiliki beliau dalam mengajar adalah pendidikan adalah hak setiap anak, dan tidak ada anak yang bodoh sehingga tidak disekolahkan. Beliau mengatakan bahwa banyaknya kemiskinan di Indonesia juga karena mutu pendidikan Indonesia yang rendah dan banyaknya orang tua yang kurang mampu mengabaikan pendidikan dan banyak pula yang menganggap kemiskinan adalah kebodohan sehingga mereka memutuskan untuk tidak menyekolahkan anak-anak mereka.

Pendekatan yang digunakan oleh beliau ketika mengajar anak-anak adalah dengan menggunakan alat bantu sebagai media untuk mempermudah beliau menjelaskan serta memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang topik yang akan diajarkan. Beliau menggunakan beberapa poster abjad dan angka yang ditempel di dinding kelas. Selain itu ada beberapa poster hewan-hewan dan tumbuhan yang disertai bahasa Inggrisnya. Namun beliau mengaku kalau Ia tidak memaksa peserta didiknya untuk menghapal istilah-istilah tersebut dalam bahasa Inggris. Beliau berkata apabila peserta didiknya mampu berbahasa Inggris dari poster yang beliau tempelkan, itu merupakan bonus baginya. Beliau juga sering mengambil gambar dari internet ketika akan menceritakan sesuatu, karena menurutnya, anak-anak lebih mudah mengerti apabila ada gambar yang dapat mereka bayangkan.


BAB III
PEMBAHASAN
Setelah melewati proses wawancara, pada bagian pembahasan ini saya akan mecoba menganalisa dan menjelaskan hasil wawancara dengan menggunakan teori Pedagogi yang terdapat dalam buku Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi. Kalau kita lihat dari seni dan ilmu mengajar pada guru tersebut dimana guru yang baik dan ideal yang harus ditampilkannya di kelas adalah guru yang memiliki kesatria, jujur,disiplin, penyayang, integritas, antusias, motif bagus yaitu menjadikan siswa selalu pada prioritas nomor satu dan berkomitmen. Hal ini juga terdapat pada beliau dimana beliau bisa disebut sebagai guru yang baik yang mengajarkan anak-anak didik nya dengan seni-seni mengajar dan menurut saya beliau juga memiliki kesabaran dalam menghadapi anak-anak yang berbeda-beda karakter dan berbeda kemampuan akademiknya.

Ditinjau dari bab 2 tentang mengajar, dikatakan pada bab tersebut bahwa ada beberapa ciri dari seorang ahli peadagogis adalah memiliki sikap positif dan kepercayaan terhadap siswa nya, mempromosikan berbagai ide-ide dan menunjukkan cara yang unik dan kreatif untuk menghubungkan siswa satu sama lain. Hal ini juga ada pada beliau di mana beliau menempel beberapa poster abjad dan angka juga hewan dan tumbuhan. Dan beliau tidak memaksa anak didiknya untuk dapat fasih berbahasa Inggris.

Menurut saya proses pembelajaran yang dilakukan beliau sudah cukup baik. Proses pengajaran dengan hubungan dua arah sangat penting dilakukan antara guru dan siswa. Ada yang memberi dan ada yang menerima. Hal ini diterapkan beliau agar peserta didiknya dapat mengerti pelajaran dengan baik.
BAB IV
KESIMPULAN
Adapun beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai kesimpulan adalah sebagai berikut:
  • Ibu KS merupakan seorang guru yang telah memiliki cukup banyak pengalaman dalam mengajar yang terbukti dari lamanya masa pengabdian beliau selama 24 tahun terhitung dari 1990 dan beliau memiliki pengalaman yang cukup dalam mengajar.
  • Berdasarkan 10 karakteristik guru yang baik, Ibu KS memiliki beberapa karakteristik tersebut yaitu, bertanggung jawab, percaya diri, sabar, mengajar dengan kasih sayang, berorientasi pada tujuan, dan memandang para peserta didik, pembelajaran serta cara mengajar dengan sudut pandang yang positif. Sehingga dengan sifat-sifat dan cara beliau dalam mengajar dapat disimpulkan bahwa Ibu KS merupakan seorang guru yang baik.
  • Ibu KS berpendapat bahwa dalam mengajar anak-anak yang termasuk dalam kategori usia dini, harus menggunakan metode yang sesuai, misalnya menggunakan alat-alat bantu sesuai topik sehingga para peserta didik tidak merasa jenuh serta bosan dan tidak merasa terpaksa selama mengikuti proses belajar mengajar.
  • Beliau berpendapat bahwa sistem pendidikan tidak seharusnya melakukan perbedaan-perbedaan dalam hal kemampuan setiap individu peserta didiknya atau berdasarkan latar belakang status sosial yang dimilikinya. Karena pada hakikatnya setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang sama.
BAB V
SARAN

Berdasarkan hasil wawancara dan melakukan analisis wawancara, adapun beberapa saran yang diharapkan bisa menjadikan masukan untuk kedepannya adalah sebagai berikut:
  • Bagi para guru yang mengajar di tingkat manapun tidak memperlakukan setiap anak berbeda karena latar belakang yang dimilikinya.
  • Untuk pihak sekolah sebaiknya memperhatikan peserta didiknya secara adil dan merata tanpa harus membeda-bedaknnya (secara akademis maupun secara status sosial-ekonominya) agar tidak terjadi penurunan motivasi bagi para peserta didik saat berada di lingkungan sekolah.
  • Orang tua juga seharusnya memperhatikan pendidikan anak-anaknya dan tidak mengabaikan pendidikan sehingga banyak anak yang akhirnya putus sekolah.


DAFTAR PUSTAKA

Danim, S.  & Khairil. 2013. Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung : Alfabeta

Label: ,

Sabtu, 12 April 2014

TUGAS KELOMPOK 4.



KONSEP PERFORMA PEMBELAJARAN
METODE KUNJUNGAN LAPANGAN

“COKELAT REA-CHOC MEDAN”

O
L
E
H

KELOMPOK 4


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014



BAB I
PENDAHULUAN
 Kunjungan lapangan merupakan kunjungan terencana yang dilakukan ke suatu tempat di luar kelas. Suatu kunjungan lapangan biasanya berkenaan dengan kegiatan membawa kelompok ke tempat khusus untuk tujuan khusus. Tujuan khusus yang dimaksud bisa untuk mengamati situasi tertentu, mengamati kegiatan tertentu atau praktik membuat sesuatu yang tidak dapat dilakukan di ruang kelas.  Kunjungan lapangan biasanya berjangka waktu pendek, mungkin kurang dari satu jam atau tidak lebih dari dua atau tiga jam.
Ada beberapa keuntungan dari metode kujungan lapangan yang membuat kelompok menggunakannya sebagai metode pembelajaran untuk kelas mata kuliah Andragogi, yaitu:
1.    Memberikan kesempatan mengumpulkan pengalaman dan informasi baru
2.    Dapat mengamati gerakan-gerakan dan benda-benda dalam bentuk tiga dimensi
3.    Prosedur dapat diamatai dan dialami yang nantinya dapat diterapkan para peserta
4.    Memberikan kesempatan kepada peserta untuk belajar sambil bekerja
5.    Dapat menumbuhkan minat dan ketelitian pengamatan para peserta
6.    Memperoleh elemen-elemen konkret dan realistis yang tidak didapatkan di kelas
Selain memiliki beberapa keuntungan, metode kunjungan lapangan juga memiliki beberapa kelemahan (Flores, Bueno, & Lapastora, 1983) yaitu:
1.    Tidak cocok untuk beberapa bidang permasalahan
2.    Mahal (waktu, uang, dan tenaga), jika kunjungannya jauh
3.    Memerlukan banyak persiapan
4.    Melibatkan orang lain
Berdasarkan penjelasan tentang keuntungan dan kelemahan dari kunjung lapangan, kelompok memilih untuk melakukan kunjungan lapangan ke tempat pembuatan cokelat Rea-Choc Medan yang berlokasi di Jln. Dr.Mansyur No. 9B. Memilih Rea-Choc sebagai tujuan melakukan kunjungan lapangan karena saat ini keberadaan usaha cokelat tersebut sudah mulai terkenal di berbagai kalangan masyarakat, baik dari kedinasan bahkan juga para mahasiswa. Selian itu juga, lokasi pabrik pembuatan cokelat Rea-Choc tersebut yang mudah untuk ditempuh serta hemat biaya dan waktu sehingga lebih efektif dan efisien untuk dilakukan pada hari Kamis 22 Mei 2014. Menurut Morgan et al (1976), tujuan kunjungan lapangan yang akan kelompok lakukan termasuk dalam kategori pabrik makanan.


Rea- Choc adalah Perusahaan yang bergerak di bidang usaha kuliner olahan coklat. Rea-Choc berdiri pada tanggal 01 April 2012, dibangun atas dasar keinginan untuk mandiri dan menjadi wirausaha yang cerdas dan berkembang. Berbagai kreasi, ide dan inovasi terus digali guna mencapai tujuan / visi yang jelas.
    Penamaan Rea-Choc didasari atas dua hal, yaitu singkatan dari nama itu dan makna yang terkandung di dalamnya. Rea-Choc merupakan singkatan dari kreasi coklat (cREAtion of CHOColate). Penyebutan Rea-Choc dalam  bahasa lokal bermakna sesuatu hal yang selalu membuat keadaan ramai, hal ini bermakna bahwa perusahaan ini pada nantinya akan selalu menjadi perhatian dan favorit para konsumen. Saat ini Rea-choc telah memiliki pasar yaitu pasar oleh – oleh khas Medan yang di pasarkan di toko oleh – oleh dengan menyungsung kemasan cinta budaya Lokal yang terdapat dalam kemasan coklat Rea-Choc.
Rea-Choc menerapkan konsep kemasan yang melambangkan kebudayaan Sumatera Utara  yang harus dipertahankan. Dengan memadukan keduanya, tentu akan menambah daya tarik untuk produk kami. Selain itu, coklat yang digunakan memiliki kualitas yang lebih tinggi daripada yang ada di pasaran.
•    Jenis produk yang dihasilkan     : Coklat Olahan
•    Karakteristik Produk        : Kemasan “Cinta Budaya Lokal”
•    Bahan Tambahan         : Selai Markisa, Keju, selai buah aneka rasa, kacang
mete, jelly, kopi, dan lainnya
•    Keunggulan produk yang dimiliki
  1. Rasa lezat dengan mengurangi penggunaan zat tambahan
  2. Kemasan dengan tema “ Cinta Budaya Lokal”
  3. Bentuk kreasi terbaru dan selalu diperbarui
  4. Bahan baku bermutu

BAB II
RANCANGAN KUNJUNGAN LAPANGAN
Keberhasilan kunjungan lapangan tergantung pada seberapa baiknya perencanaan yang dibuat. Komponen perencanaan yang dibuat oleh kelompok dalam metode kunjungan lapangan ke pabrik cokelat Rea-Choc Medan adalah:
1.    Tujuan/Maksud
•    Memperkenalkan kepada peserta mata kuliah Andragogi tentang usaha home industry Rea-Choc Medan
•    Memperkenalkan kepada peserta mata kuliah Andragogi dengan melihat produk yang dihasilkan oleh home industry Rea-Choc Medan
•    Mengajak peserta mata kuliah Andragogi untuk ikut membuat langsung cokelat di home industry Rea-Choc Medan

2.    Pemilihan Tempat Tujuan
Kelompok memilih lokasi tujuan ke home industry Rea-Choc Medan yang berlokasi di Jln. Dr.Mansyur No. 9B karena saat ini keberadaan usaha cokelat tersebut sudah mulai terkenal di berbagai kalangan masyarakat, baik dari kedinasan bahkan juga para mahasiswa. Selian itu juga, lokasi pabrik pembuatan cokelat Rea-Choc tersebut yang mudah untuk ditempuh serta hemat biaya dan waktu sehingga lebih efektif dan efisien.

3.    Pengaturan dengan Melibatkan Pihak Organisasi yang akan Dikunjungi
Salah seorang dari anggota kelompok kami merupakan salah satu pemilik yang mendirikan home industry Rea-Choc Medan serta mengelolah langsung proses pembuatan cokelat (produksi) sampai pada tahap proses pemasaran. Sehingga kelompok lebih mudah dalam melakukan kunjungan lapangan dengan adanya keberadaan anggota kelompok kami yang merupakan pihak dari home industry Rea-Choc Medan

4.    Pengaturan Waktu
Kegiatan kunjungan lapangan ke home industry Rea-Choc Medan yang akan dilakukan kelompok bersama dengan peserta mata kuliah Andragogi pada hari Kamis, 22 Mei 2014. Waktu pelaksanaan kunjungan lapangan dimulai pada pukul 11.00 WIB sampai pukul 13.00 WIB. Setiap kelompok (yang beranggotakan enam orang) memiliki kesempatan untuk membuat cokelat selama 20 menit.

5.    Transportasi
Berhubung lokasi kunjungan lapangan yang akan dilakukan mudah untuk dijangkau, maka untuk menuju lokasi home industry Rea-Choc Medan kelompok menyediakan kendaraan untuk 11 orang peserta mata kuliah Andragogi. Untuk 8 orang peserta mata kuliah Andragogi lainnya bisa menuju lokasi dengan naik angkutan umum (angkot) atau sepeda motor dan jika waktu memungkinkan kelompok akan mengusahakan untuk menjemput.

6.    Bahan/Perlengkapan
Dalam kegiatan kunjungan lapangan ke home industry Rea-Choc Medan, alat bantu yang digunakan adalah buku panduan mini yang akan dibagikan kepada seluruh peserta. Sementara untuk perlengkapan/bahan pembuatan cokelat yang akan dilakukan oleh peserta mata kuliah Andragogi telah disediakan langsung di lokasi home industry Rea-Choc Medan.

7.    Pembentukan Kepanitiaan
Ketua    : Tika Ramadhani    (101301018)
Sekretaris    : Tota Fierda Ria     (101301092)
Bendahara    : Anggita Windy    (101301103)
Anggota    : Anggi Gurning     (091301100)
          Rocky Sihite        (101301124)
          Riska Margolang    (121301012)

8.    Kontribusi
Setiap peserta mata kuliah Andragogi yang ikut dalam kegiatan kunjungan lapangan ke home industry Rea-Choc Medan, akan dikenakan biaya kontribusi sebesar Rp 10.000 /orang. Dengan biaya tersebut, setiap peserta telah mendapatkan kesempatan membuat cokelat sendiri dan membawanya pulang.
 

BAB III
PELAKSANAAN KUNJUNGAN LAPANGAN
    Kunjungan lapangan akan lebih mudah dilaksanakan jika perencanaan telah disusun secara cermat, kemudian dilaksanakan dengan baik. Adapun prosedur yang akan dilakukan oleh kelompok dalam kegiatan kunjungan lapangan adalah:
1.    Pengenalan
Kunjungan lapangan ke home industry Rea-Choc Medan, akan dimulai dengan membagikan buku panduan mini kepada seluruh peserta. Kemudian ketua kelompok akan memberikan sedikit penjelasan tentang latar belakang dan sejarah berdirinya usaha home industry Rea-Choc Medan serta secara singkat menjelaskan cara memproduksi dan memasarkan hasil produksi.

2.    Menjaga Minat Kelompok
Berhubung karena ruangan untuk membuat cokelat tidak bisa menampung seluruh peserta, maka kelompok akan membagi peserta menjadi tiga kelompok (sesuai kelompok Andragogi). Ketika kelompok satu (terdiri atas enam orang) masuk ke ruangan produksi untuk membuat cokelat, kelompok dua dan tiga menunggu di ruang tunggu sambil membuat packing untuk bungkusan cokelat yang nantinya akan mereka buat. Tiga orang dari anggota kelompok kami akan mendampingi kelompok yang berada di ruang tunggu sambil mengajari cara membuat packing bungkusan cokelat. Sementara tiga anggota lainnya akan mendampingi kelompok yang sedang berada di ruangan produksi untuk membuat cokelat.
•    Penanggung Jawab ruang produksi
Ketua    : Tika
Anggota    :
Tota, Tika, Anggita, Anggi, Riska, Rocky (tiga orang saling bergantian)
•    Penanggung Jawab ruang tunggu
Tota, Tika, Anggita, Anggi, Riska, Rocky (tiga orang saling bergantian)

3.    Mempertahankan Partisipasi
Kelompok menyediakan waktu bagi peserta untuk memberikan pertanyaan seputar home industry Rea-Choc Medan.
4.    Pengaturan Untuk Kenyamanan Fisik Peserta
Kelompok menyediakan transportasi untuk memberikan kemudahan bagi para peserta dalam menjangkau lokasi home industry Rea-Choc Medan.  Ruangan untuk menunggu dan untuk produksi di home industry Rea-Choc Medan suasanya cukup nyaman dengan adanya kipas angin di ruangan tunggu dan Air Condicioner (AC) di ruangan produksi.

5.    Mengakhiri Kunjungan Lapangan dan Karyawisata
Sebelum meninggalkan lokasi kunjungan lapangan home industry Rea-Choc Medan, kelompok mewakili peserta mata kuliah Andragogi mengucapkan terimakasih kepada pegawai inkubator dan bagian administrasi. Memberikan kesempatan kepada salah  seorang peserta sebagai perwakilan untuk mengucapkan terima kasih kepada kelompok penyelenggara kegiatan kunjungan lapangan.

6.    Tindak Lanjut dan Evaluasi
Evaluasi akan dilakukan di ruangan kelas pada saat perkuliahan setelah kegiatan kunjungan lapangan ke home industry Rea-Choc Medan selesai.











DAFTAR PUSTAKA
Suprijanto, H. 2007. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta : Bumi Aksara

Kamis, 10 April 2014

ANDRAGOGI -- PROSES BELAJAR MENGAJAR ORANG DEWASA.

Proses belajar mengajar orang dewasa adalah suatu proses berlangsungnya kegiatan belajar yang dilakukan oleh pelajar atau peserta didik dan kegiatan mengajar yang dilakukan oleh pendidik atau pembimbing. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipahami adalah tahap proses belajar, suasana belajar, jenis belajar, cara belajar, ciri-ciri belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan mengajar yang perlu diperhatikan dan dipahami adalah fungsi pendidik, sikap pendidik, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap pendidik.

Proses belajar yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar berlangsung melalui enam tahapan, yaitu :
  1. Motivasi. Maksudnya adalah keinginan untuk mencapai sesuatu. Sedangkan motivasi jangka pendek berupa minat belajar pada saat itu dan motivasi jangka panjangnya dapat berupa keinginan untuk mendapat nilai yang baik, keinginan berprestasi dan sebagainya.
  2. Perhatian pada pelajaran. Maksudnya adalah peserta didik harus dapat memusatkan perhatiannya agar tidak mengalami hambatan, dan hal ini bergantung pada keterampilan pembimbing dalam menanganinya.
  3. Menerima dan mengingat. Maksudnya adalah setelah peserta didik memperhatikan pelajaran, peserta didik akan mengerti serta menyimpan dalam pikirannya. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi penerimaan dan pengingatan ini antara lain: struktur, makna, pengulangan pelajaran dan interverensi.
  4. Reproduksi. Maksudnya adalah seseorang yang sudah menerima dan mengingat informasi harus dapat menemukan kembali apa saja materi yang sudah ia terima.
  5. Generalisasi. Maksudnya adalah peserta didik harus mampu menerapkan hal yang telah dipelajari di tempat lain dan dalam ruang lingkup yang lebih luas.
  6. Menerapkan apa yang telah diajarkan serta umpan balik. Maksudnya adalah pendidik sudah memahami dan menerapkan apa yang telah diajarkan untuk menerapkan apa yang telah diajarkan. Pembimbing akan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengetahui apakah peserta didik sudah memahami materi yang diberikan
Sumber: Suprijanto, H. (2007). Pendidikan Orang Dewasa: Dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara

Label: ,

Rabu, 09 April 2014

PEDAGOGI -- PEDAGOGI TEORITIS dan PRINSIP-PRINSIP PEDAGOGIS

Pedagogi tidak hanya berkutat pada ilmu dan seni mengajar, melainkan hubungannya dengan pembentukkan generasi baru, yaitu pengaruh pendidikan sebagai sistem yang bermuara pada pengembangan individu atau peserta didik. Pedagogi (kata benda) diartikan sebagai ilmu pendidikan atau ilmu pengajaran. Sedangkan, untuk istilah pedagogi sebagai kata sifat adalah pedagogis, yang bermakna sebagai salah satu proses studi pedagogi.

Beberapa penulis atau peneliti telah mendefenisikan pedagogis, yaitu :

  • Danilov (1978); pedagogis adalah proses interaksi terus menerus dan saling berasimilasi antara pengetahuan ilmiah dan pengembangan siswa.
  • Alberto Gracia et al (2005); pedagogis sebagai tindakan guru dan siswa dalam konteks organisasi sekolah dimana interaksi ini dilakukan berdasarkan teori pedagogis tertentu, berorientasi pada tujuan institusional dan dikembangkan dalam interaksi yang dekat dengan keluarga dan masyarakat untuk mencapai pembentukan siswa secara sehat.
  • Ana Maria Gonzales Soca; pedagogis sebagai sebuah proses pendidikan yang menyoroti hubungan antara pendidikan, pengajaran dan pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian siswa agar menyiapkan dirinya untuk menjalani kehidupan.
  • Gladys Valdivia (1988); proses pedagogis erat kaitannya dengan tujuan sosial yang dikembangkan dan berhubungan satu sama lain. 
Dalam kerangka analisis, proses pedagogis menjadi penting untuk mempertimbangkan beberapa prinsip yang memadu proses pedagogis tersebut. Nah, apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pedagogis? Addine (2001) menjabarkan hal ini sebagai : 
  1. Prinsip-prinsip pedagogis adalah kesatuan karakter ilmiah dan ideologis dari proses pedagogis dan karakter ilmiah dan ideologis ini harus menyoroti bahwa setiap proses pedagogis harus tersturtur berdasarkan temuan yang paling maju di bidang sains kontemporer dan dalam korespondensi total dengan ideologi kita.
  2. Mengombinasikan karakter kolektif dan individual pendidikan serta penghormatan terhadap kepribadian siswa, yang artinya jika proses pedagogis terjadi dalam konteks sekelompok orang  yang berbeda dan mengadopsi karakteristik tertentu, setiap anggota memiliki kekhususan unik yang membedakan dia dari yang lain dna memiki hak untuk dipertimbangkan dan dihormati.
  3. Merujuk pada kesatuan pengajaran, pendidikan dan perkembangan proses, karena didasarkan pada kesatuan dialektis antara pendidikan dan pengajaran yang harus terkait dengan kegiatan pembangunan pada umumnya.
  4. Proses pedagogis juga mengamit prinsip bahwa domain kognitif dan afektif tidak bisa berada dalam suasana yang kering, maksudnya adalah proses pedagogis tersebut harus terstruktur berdasarkan kesatuan dan hubungan antara kondisi manusia.
  5. Prinsip terakhir adalah bahwa masing-masing subsistem aktivitas dan komunikasi dan kepribadian  saling terkait satu sama lain.
Proses pedagogis berbasis pada model program jangka panjang, sehingga ilmu pedagogis masih bisa bermetamorfosis lagi.

Sumber : Danim, Sudarwan. (2010). Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta

Label: ,

PEDAGOGI -- PROFIL GURU YANG DIINGINKAN.

Setiap sekolah memiliki beberapa kriteria yang mereka inginkan untuk tenaga pengajar yang akan mengajar anak didik mereka. Dalam buku Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi karya Sudarwan Danim, proses pengelolaan guru, mulai dari pendidikan pra jabatan (prajab) sampai pada promosi secara umum dibedakan menjadi :
  • Pendidikan yang ditempuh melalui perguruan tinggi (pendidikan prajabatan, prajab)
  • Pendidikan profesi yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan keprofesian pada perguruan tinggi.
  •  Induksi atau proses bimbingan dan pelatihan pada tahun pertama.
  • Pegembangan professional guru secara berkelanjutan (continuing professional development, CPD)
  • Pengembangan karir guru, berupa kenaikan pangkat, penugasan dan atau promosi.
Pendidikan atau kualifikasi akademik minimum calon guru ditentukan sebagai persyaratan guru (minimum requirement for teacher candidate) yang diperlukan pada sebuah Negara. Dan setiap negara memiliki kualifikasi yang berbeda-beda. Sebagian negara mensyaratkan diploma bagi calon guru jenjang pendidikan tertentu, sebagian lagi mensyaratkan sarjana (undergraduate) atau master. 

Pada intinya calon guru harus dibekali dengan kemampuan memfasilitasi peserta didik untuk bisa mengakuisisi pengetahuan, mengembangkan sikap dan perilaku peserta didik serta mampu berperan aktif dalam masyarakat, sehingga kurikulum pendidikan bagi calon guru dibagi menjadi beberapa ranah, yaitu 
  • Pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan filsafat pendidikan, sejarah pendidikan, psikologi pendidikan dan sosiologi pendidikan.
  • Pengetahuan yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan evaluasi pendidikan serta pengembangan ilmu
  • Pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan bidang studi
  • Pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh melalui praktik
Menurut Windor dan Rowland (2005), karakteristik calon guru yag diketahui oleh administratr disajikan sebagai berikut:
  • Memiliki kepribadian yang asli, yaitu tulus dan rendah hati setiap saat
  • Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, tertulis dan lisan
  • Menjadi pendengar yang baik
  • Memiliki sikap yang kooperatif
  • Memiiki pandangan positif pada pengajaran, pembelajaran dan siswa
  • Dapat dipercaya dan diandalkan
  • Memahami apa yang dibutuhkan untuk menjadi guru yang efektif
  • Dapat mengelola siswa di dalam dan di luar kelas
  • Memiliki sikap ambisius untuk mencapai prestasi dan berkinerja terbaik
  • Memiliki keterampilan kepemimpinan, tampil hati-hati dan tidak berperilaku kasar
  • Memiliki pemahaman dasar tentang prinsip-prinsip yang berlaku umum di pendidikan psikologi
  • Memahami materi pelajaran dengan baik
  • Memiliki kemampuan lebih dari satu mata pelajaran
  • Memiliki harapan atas standar pribadi yang professional
  • Dapat memodifikasi teknik pengajaran
  • Dapat menghubungkan kegiatan mengajar dengan tujuan lain dari aneka kegiatan sekolah
  • Mampu mengorganisasikan kegiatan bersama guru lainnya
  • Memiliki selera bagus dalam berpakaian
  • Memiliki selera humor
  • Memiliki semangat untuk berkembang sebagai seorang professional

Sumber: Danim, Sudarwan. (2010). Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta

Label: ,

PEDAGOGI -- PEDAGOGI TRANSFORMATIF.

Perkembangan cara mengajar yang begitu cepat menjadi tolak ukur dari suatu sekolah. Ada beberapa sekolah yang masih memakai cara tradisional namun tidak sedikit pula sekolah yang sudah memakai cara modern dalam mendidik siswanya. Pendidikan merupakan mekanisme penting dalam mencapai pembangunan, itu sebabnya sekolah dan dan lembaga pendidikan bermetamorfosis agar tidak mengalami kemunduran di tengah-tengah era pendidikan yang semakin kompetitif.

Dalam pedagogi transformatif, konstruksi sosial kurikulum dipahami sebagai seperangkat nilai-nilai dan keyakinan yang mencerminkan esensi anak didik sebagai mahluk transformasional, bukan sekedar dipersepsikan sebagai transaksi antara guru dan murid. Hal ini juga menimbulkan beberapa konsekuensi perubahan dari sudut pandang, misalnya pengenalan kembali bentuk-bentuk baru pedagogi bila dikaitkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.


Sumber: Danim, Sudarwan. (2010). Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta

Label: ,

TUGAS KELOMPOK 9



MATA KULIAH PAEDAGOGI
RANCANGAN DAN LAPORAN PEMBELAJARAN PEDAGOGI DI TK DHARMA PANCASILA MEDAN

DISUSUN OLEH:
Kelompok 9

Anggi Gurning                      (091301100)



FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014

RANCANGAN PEMBELAJARAN
I.     Latar Belakang Rancangan Pembelajaran
       Anak usia dini berada dalam masa keemasan di sepanjang rentang usia perkembangan manusia. Montessori dalam Hainstock (1999: 10-11) mengatakan bahwa masa ini merupakan periode sensitif. Selama masa inilah anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Pada masa ini anak siap melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memahami dan menguasai lingkungannya. Montessori menyatakan bahwa usia keemasan adalah masa anak mulai peka untuk menerima berbagai stimulasi dan berbagai upaya pendidikan dari lingkungannya baik disengaja maupun tidak disengaja. Pada masa peka inilah terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga anak siap merespons dan mewujudkan semua tugas-tugas perkembangan yang diharapkan muncul pada pola perilaku sehari-harinya (Hainstock, 1999:34). Anak juga mengalami perubahan pesat pada kemampuan motorik kasar & halus, serta koordinasi mata-tangan.
           Masa usia dini dapat pula disebut masa kanak-kanak awal. Masa ini dimulai setelah melewati masa bayi, yakni usia 2-3 tahun dan diakhiri sampai saat anak matang secara seksual (atau sekitar 7 tahun). Masa ini merupakan masa dimana terjadi perkembagan yang amat cepat dan perubahann dramatis dalam kognisinya (Lahey, 2007:334). Menurut Piaget anak berada dalam tahapan praoperasional dimana pada masa ini imajinasi anak sangat aktif. Pada akhir tahapan praoperasional (yaitu umur 5-7 tahun), anak memiliki tipe bermain kooperatif yaitu mampu memberi dan menerima secara kooperatif dengan dua anak atau lebih lainnya. (Lahey, 2007:335). Perkembangan kognitif yang berada pada tahap pra operasional ini ditandai dengan penguasaan bahasa dan adanya imitasi.
          Masa kanak-kanak awal disebut usia bermain karena anak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain. Menurut Piaget masa ini merupakan transisi dari pemikiran sensori motor ke manipulasi objek / symbol (Papalia, 2008). Masa kanak-kanak awal ini disebut pula sebagai masa prasekolah yaitu merupakan masa persiapan sebelum masuk sekolah. Masa ini merupakan masa menjelajah, yaitu anak ingin tahu keadaan lingkungan, bagaimana mekanismenya, bagaimana perasaannya, & bagaimana ia dapat menjadi bagian dari lingkungan. Periode meniru tindakan & pembicaraan orang lain, identifikasi pada figur yang ada di lingkungannya yang merupakan awal dari proses identitas diri.
            Dari teori-teori  yang menarik tersebut dapat kelompok simpulkan bahwa masa ini adalah masa emas anak-anak dalam perkembangannya, masa bermain, menjelajah, kooperatif, sangat imajinatif, melakukan imitasi, perkembagan yang amat cepat dan perubahann dramatis dalam kognisi, serta peka untuk menerima berbagai stimulasi dan berbagai upaya pendidikan dari lingkungannya. Oleh karena itu, kelompok memilih anak-anak yang berada pada masa prasekolah, khususnya taman kanak-kanak yaitu pada usia 5-6 tahun.
            Anak perlu diberikan pendidikan yang sesuai dengan perkembangannya dengan cara memperkaya lingkungan bermainnya. Berarti orang dewasa perlu memberi peluang kepada anak untuk menyatakan diri, berekspresi, berkreasi,dan menggali sumber-sumber terunggul yang tersembunyi dalam diri anak. Untuk weujudkan hal itu, secara umum kelompok terilhami untuk membuat kegiatan yang berfokus pada kegiatan belajar menggambar, mewarnai, menghitung, menulis, meniru, dan menempel benda. Beberapa aspek yang ingin dikembangankan dari kegiatan-kegiatan tersebut yaitu bertujuan untuk mengakomodir perkembagan motorik halus yang berkembang pesat, koordinasi mata-tangan, kemampuan visualisasi, memori, imajinasi, dan kreativitas.
            Kelompok akan melakukan kegiatan mengajar selama dua hari. Menurut Sudarwan (2013), mengajar berasal dari kata “ajar” yang bermakna memberi petunjuk atau menyampaikan informasi, pengalaman, pengetahuan, dan sejenisnya kepada subjek didik tertentu agar mereka mengetahui dan memahaminya sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Pengajaran merupakan semua proses tindakan yang terjadi dalam kerangka kegiatan mengajar. Kegiatan itu mulai dari merencanakan, melaksanakan, menilai, menganalisis hasil, melakukan refleksi, dan membuat tindak lanjut bagi kegiatan mengajar berikutnya.
            Dalam konteks formal (karena kelompok melakukan kegiatan mengajar di sekolah TK Dharma Pancasila), maka kegiatan mengajar normalnya dilakukan oleh guru. Tujuan guru mengajar adalah untuk mentransformasikan pengetahuan dan keterampilan, serta memberikan pewarnaan nilai pada siswa. Guru yang cerdas memiliki tiga karakteristik (menurut Sudarwan, 2013) yaitu jujur, integritas, serta memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan siswa.
·         Kejujuran sangat penting bagi kehidupan guru, dan memainkan peran khusus dalam perilaku sebagai contoh yang baik untuk banyak orang.
·         Integritas berupa kelengkapan dan kesatuan karakter, rasa percaya diri, dan identitas pribadi yang menunjukkan sebagai pribadi yang unggul, serta berkemampuan mengendalikan siswa.
·         Berkomunikasi di dalamnya termasuk kemampuan menikmati antusiasme ditengah-tengah kebisingan yang intens bagi anak didik yang sedang tumbuh dan berkembang. Ini berarti guru harus memiliki kemampuan empati, melihat situasi siswa ke dalam dirinya, serta ia juga merupakan pendengar yang baik.
Guru yang mengajar di Taman Kanak-kanak juga tetap diharapkan memiliki karakteristik guru cerdas diatas. Di tambah lagi jika mengingat lingkungan belajar Taman Kanak-kanak yang tidak sepenuhnya kondusif (anak-anak masih sering bermain, berlari-lari dan menimbulkan kebisingan). Maka diharapkan guru memiliki kemampuan yang baik untuk menjadi contoh berperilaku, kemampuan megendalikan siswa, dan tidak perlu tersulut emosi jika berada dalam lingkungan belajar yang tidak kondusif.

Menurut Addine (2001) dalam (Sudarwan, 2013) menyebutkan lima prinsip pedagogi. Namun tiga prinsip pedagogis yang coba kami terapkan dalam kegiatan mengajar ini adalah; Pertama, mengkombinasikan karakter kolektif dan individual pendidikan, serta penghormatan terhadap kepribadian siswa. Setiap siswa memiliki kekhususan yang unik yang membedakannya dari yang lain, juga memiliki hak untuk dipertimbangkan dan dihormati. Setiap siswa mungkin memiliki cara dan penanganan yang berbeda dalam proses belajarnya. Maka guru juga harus sensitif terhadap hal ini agar proses belajar-mengajar bisa berjalan dengan efektif.
Prinsip yang kedua adalah domain kognitif dan afektif tidak berada dalam suasana yang kering. Dalam proses belajar mengajar, kedua domain ini harus diaktifkan agar pelajaran yang siswa dapatkan lebih mudah untuk dipahami. Kemungkinan mengetahui dunia sekitar dan dunianya sendiri, serta pada saat yang sama itu pula, perasaan dan tindakan bisa terpengaruh.
Prinsip yang ketiga adalah masing-masing subsistem aktivitas, komunikasi, dan kepribadian saling terkait satu sama lain. Aspek kepribadian dibentuk dan dikembangkan atas aktivitas melalui proses komunikasi. Selama kehidupannya siswa menjalankan sejumlah besar kegiatan dan berkomunikasi secara terus menerus yang pada dasarnya proses ini merupakan pendidikan kepribadian.
            Berdasarkan tinjauan aspek pedagogis, masa usia dini merupakan masa peletak dasar atau pondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Diyakini oleh sebagian pakar, bahwa masa kanak-kanak yang bahagia merupakan dasar bagi keberhasilan di masa mendatang dan sebaliknya. Untuk itu, agar pertumbuhan dan perkembangan tercapai secara optimal, maka dibutuhkan situasi dan kondisi yang kondusif pada saat memberikan stimulasi dan upaya pendidikan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. (Dr. Yuliani Nurani Sujiono, 2009).
            Kelompok akan melakukan kegiatan pengajaran di TK Dharma Pancasila, Jl. Dr. Mansyur. Di sekolah tersebut terdapat 1 ruang kelas, dengan 20 orang murid, dan 2 orang guru. Lokasi sekolah termasuk kondusif, dengan keadaan bersih, rapi serta terdapat berbagai jenis tumbuh-tumbuhan disana. Sekolah memiliki taman bermain di depan dan di halaman tengah sekolah yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas permainan dan pada dinding sekolah, terdapat banyak gambar-gambar menarik. Di dalam ruangan kelas, terdapat papan tulis, berbagai alat peraga, permainan, gambar-gambar seperti binatang, huruf, angka dan lainnya dengan bentuk yang menarik. Meja dan kursi di cat berwarna-warni, dan dikelompok menjadi tiga bagian. Tiap bagian berupa empat meja kecil yang dirapatkan dan kursi dibuat saling berhadapan. Terdapat satu bagian di depan dan dua bagian di belakang. Terdapat rak buku pula khusus untuk masing-masing anak. Ruangan kelas tergolong lumayan luas dan nyaman.

II.  Konsep Rancangan Pembelajaran        
A.    Gambaran Umum Proses Pembelajaran yang Diterapkan oleh Pihak Sekolah
Dari hasil diskusi dengan kepala sekolah dan guru TK Dharma Pancasila yang dilakukan kelompok, diketahui bahwa TK tersebut menggunakan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004: 6) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema.
Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, biasanya guru akan membuat rancangan pengajaran sesuai dengan tema. Jadi, kelompok menyesuaikan materi yang akan disampaikan dengan tema dari TK tersebut, dimana pada jadwal kelompok akan melakukan pembelajaran, tema yang dirancang TK adalah tentang alat komunikasi.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan setiap hari, urutan pengajaran terdiri dari 4 tahap, yaitu:
1)        Pembukaan (durasi 30 menit), berupa berdoa, bernyanyi, menari dan pemberitahuan tentang tema pembelajaran yang akan disampaikan pada hari tersebut).
2)        Inti (durasi 60 menit), akan dibagi menjadi 3 sesi. Tahap ini berisi penyampaian materi pokok. Guru akan membagi murid menjadi tiga kelompok, dengan 3 jenis materi yang berbeda. Setiap materi membutuhkan waktu 20 menit untuk diselesaikan. Setelah 20 menit, materi dirotasi ke kelompok yang lain, sehingga setiap kelompok mendapatkan 3 materi selama 60 menit.
3)        Istirahat (durasi 30 menit). Sebelum bermain-bermain, anak-anak diwajibkan untuk cuci tangan dan memakan bekal bersama terlebih dahulu.
4)        Penutupan (durasi 30 menit). Pada tahap ini, guru akan menanyakan dan menstimulasi anak kembali untuk mengemukakan hal-hal yang telah mereka pelajari pada hari itu sebagai bentuk kesimpulan.
Dalam proses pengajaran yang akan dilakukan, kelompok akan melakukan 2 (dua) kali pertemuan dengan durasi masing masing pertemuan selama 60 menit.  kelompok akan ikut serta pada tahap inti pengajaran yang akan bekerja sama dengan guru di kelas. Proses perkenalan murid dan anggota kelompok akan dilakukan beberapa hari sebelum pertemuan pertama, pada tahap pembukaan. Pada hari itu pula, kelompok akan melakukan diskusi dan observasi tentang proses belajar dan mengajar yang akan dijadikan bekal bagi kelompok untuk melakukan pengajaran selanjutnya.
B.     Deskripsi Rancangan Kegiatan Pembelajaran
            Selama dua kali pertemuan, terdapat enam kegiatan yang sudah dirancang oleh kelompok, yaitu:
a.    Menggambar dan Mewarnai Alat Komunikasi
        Pada kegiatan ini kelompok menyediakan sebuah lembar kerja yang akan dibagikan pada setiap anak. Lembar kerja tersebut terdiri dari kolom nama anak, gambar persegi panjang, dan kata “handphone” di bawah gambar. Contoh lembar kerja dapat dilihat di lampiran.
        Pada tugas ini, anak diminta untuk menggambar bagian layar dan tombol handphone, lalu menomori dengan angka 1-9 dan ditombol paling bawah tengah angka 0. Setelah itu anak dapat mewarnai handphone tersebut. Sebelumnya salah satu pengajar (salah satu anggota kelompok) bertugas memberikan contoh cara menggambar layar dan tombol tersebut di papan tulis.
        Kegiatan ini terinspirasi dari salah satu prinsip dari tiga prinsip yang perlu diperhatikan dalan pendidikan anak usia dini menurut Froebel ( (Dr. Yuliani Nurani Sujiono, 2009), yaitu the occupation, serangkaian kegiatan yang memberikan kesempatan pada anak untuk berekspresi artistik. Kegiatan yang dapat dilakukan sesuai dengan metode Froebel, antara lain: bermain lilin, kayu kotak-kotak, menggunting kertas, menganyam, meronce, menggambar, menyulam, bahasa dan aritmatika.
        Kelompok menilai, kegiatan ini dapat mengasah kemampuan anak berekspresi dengan kreativitasnya untuk mewarnai dan menggambar model handphone sendiri. Anak juga dilatih menuliskan angka dan mngurutkannya dibagian tombol. Anak juga diajarkan mengeja kata dari bahasa asing yaitu “handphone” untuk pengembangan kemampuan bahasa.
b.   Hitung Handphone-mu!”
        Kegiatan ini berupa kegiatan menghitung jumlah handphone yang disediakan lalu menuliskan jumlahnya di lembar kerja. Pada kegiatan ini kelompok menyediakan sebuah lembar kerja yang akan dibagikan pada setiap anak. Lembar kerja tersebut terdiri dari kolom nama anak, tiga model gambar handphone dan kotak tempat mengisi angka nominal jumlah tiap model handphone. Tiap model handphone memiliki jumlah yang berbeda dan dibuat dalam bentuk potongan-potongan kertas yang terpisah. Contoh lembar kerja dapat dilihat di lampiran.
        Kegiatan ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak yaitu berhitung dengan jumlah 1-20, dan mengenalkan pada anak bahwa satu benda dapat memiliki bentuk beragam (model handphone) sehingga dapat mengembang konsep berpikir anak.
c.    Bermain Drama
        Pada kegiatan ini masing-masing anak diberi  peran tertentu, dan ditugaskan memerankan peran itu dengan menirukan gayanya dan hal yang biasa dilakukan peran tersebut di depan kelas. Anak juga diminta memberi penjelasan singkat mengenai peran yang diterimanya. Peran-peran yang ditugaskan berupa polisi, dokter, tukang bakso, pembeli bakso, guru, penari, orang sakit, penjahat, putri, nenek sihir, dan karakter-karakter lain baik dalam dongeng mapun film kartun. Peran-peran yang berkaitan seperti polisi-penjahat, dokter-orang sakit, ditampikan bersamaan.
        Menurut Smilansky (Dr. Yuliani Nurani Sujiono, 2009), bermain melalui dramatic play ini sangat penting dalam mengembangkan kreatvitas, inteletualitas, bahasa, keterampilan sosial dan emosional. Melalui kegiatan ini anak dapat mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah, belajar menampilkan peran yang dapat diterima di lingkungannya, dan juga keterampilan bersosialisasi agar kelak mampu menyesuaikan diri dengan kelompok sosial di masyarakat ataupun teman sebayanya.
d.   Menghias Alat Komunikasi
        Pada kegiatan ini anak diberi lembar kerja yang berisi kolom nama dan gambar amplop. Anak ditugaskan untuk menghias amplop tersebut dengan menempelka potongan-potongan kertas origami yang kecil dan beragam warna dan bentuk. Tiap bagian amplop harus terisi penuh dan tidak ada bagianyang tidak tertempel, dan masing-masing bagian amplop harus berisi 1 warna (ada 4 bagian).
Tugas ini bertujuan untuk melatih gerakan motorik halus, yaitu kegiatan yang banyak melibatkan gerak tangan dan jari –jari tangan. Kegiatan ini juga terinspirasi prinsip the occupation menurut Froebel ( (Dr. Yuliani Nurani Sujiono, 2009), yaitu, serangkaian kegiatan yang memberikan kesempatan pada anak untuk berekspresi artistik. Diharapkan kegiatan ini mengembangkan kreativitas anak, kemampuan spasialnya (ketika berusaha menyatukan  berbagai bentuk potongan origami), dan koordinasi mata-tangan.
e.    Menulis Kata
        Pada kegiatan ini anak ditugaskan menulis kata “SURAT” pada lembar kerja yang telah disediakan. Pada lembar kerja tersebut terdapat contoh kata “surat” yang bergaris tebal, lalu dibawahnya kolom kata “surat” yang bergaris terputus-putus, lalu beberapa kolom kosong dibawahnya.
        Kegiatan ini difokuskan melatih kemampuan anak dalam menulis beberapa bentuk huruf dan membaca kata tersebut yaitu fokus pada perkembangan kognitif,l konsentrasi dan gerakan motorik halus anak.


f.     Meniru Suara Binatang
        Pada kegiatan ini pengajar akan bercerita di depan kelas tentang perjalanan ke kebun binatang dan nantinya menyebutkan jenis-jenis binatang. Anak ditugaskan untuk memperhatikan den mendengar dengan seksama cerita dari pengajar. Ketika pengajar mengatakan salah satu jenis binatang, anak harus menirukan suara binatang yang dimaksud. Misalnya ketika pengajar mengatakan “kucing” maka ana-anak harus bersuara “meoooooow”.
        Kegiatan sederhana ini bertujuan untuk mengembangan kemapuan konsentrasi anak untuk fokus, mengotimalkan pendengaran (auditory), daya imajinasi, memori, serta kemampuan anak untuk menirukan objek yang tidak ada dihadapannya (hanya mengandalkan pengetahuan dan pengalaman mengenai binatang yang pernah didapat sebelumnya).

C.    Pembagian Sekuen Pembelajaran
a.      Pertemuan I
1)      Pembukaan
Sesi ini dibuka oleh ibu guru TK
Durasi : 30 menit
Guru melakukan kegiatan seperti biasa yaitu berdoa, bernyanyi, menari dan pemberitahuan tentang tema pembelajaran yang akan disampaikan pada hari tersebut. Setelah itu, guru memberitahu pada anak-anak bahwa kelompok yang akan memberi pengajaran pada tahap inti.
2)      Inti
Sesi ini dilakukan oleh : kelompok
Durasi                          : 60 menit
Kegiatan                      :
·         Menggambar dan Mewarnai Alat Komunikasi
·         Hitung Handphone-mu!”
·         Bermain Drama
                        Ketiga kegiatan tersebut akan dibagi menjadi 3 sesi. Pengajar akan membagi murid menjadi tiga kelompok, dengan 3 jenis kegiatan yang berbeda. Setiap materi membutuhkan waktu 20 menit untuk diselesaikan. Untuk kegiatan pertama dan kedua, setelah 20 menit, materi dirotasi ke kelompok yang lain. Jadi ada 1 kelompok yang mengerjakan kegiatan pertama (menggambar dan mewarnai alat komunikasi) dan 2 kelompok lainnya mengerjakan kegiatan kedua (hitung handphone-mu!), lalu dirotasi menjadi sebaliknya , 1 kelompok tadi mengerjakan kegiatan kedua, dan 2 kelompok lagi mengerjakan tugas pertama. Namun untuk materi terakhir (bermain drama), semua kelompok melakukan kegiatan ini bersama. Jadi, setiap kelompok mengerjakan 3  kegiatan selama 60 menit.
3)      Istirahat
Durasi : 30 menit
Sebelum bermain-bermain, anak-anak diwajibkan untuk cuci tangan dan memakan bekal bersama terlebih dahulu.
4)      Penutupan
Durasi : 30 menit
Pada tahap ini, guru akan menanyakan dan menstimulasi anak kembali untuk mengemukakan hal-hal yang telah mereka pelajari pada hari itu sebagai bentuk kesimpulan.

b.      Pertemuan II
1)      Pembukaan
Sesi ini dibuka oleh ibu guru TK
Durasi : 30 menit
Guru melakukan kegiatan seperti biasa yaitu berdoa, bernyanyi, menari dan pemberitahuan tentang tema pembelajaran yang akan disampaikan pada hari tersebut. Setelah itu, guru memberitahu pada anak-anak bahwa kelompok yang akan memberi pengajaran pada tahap inti.
2)      Inti
Sesi ini dilakukan oleh : kelompok
Durasi                          : 60 menit
Kegiatan                      :
·         Menghias Alat Komunikasi
·         Menulis Kata
·         Meniru Suara Binatang
                        Ketiga kegiatan tersebut akan dibagi menjadi 3 sesi. Pengajar akan membagi murid menjadi tiga kelompok, dengan 3 jenis kegiatan yang berbeda. Setiap materi membutuhkan waktu 20 menit untuk diselesaikan. Untuk kegiatan pertama dan kedua, setelah 20 menit, materi dirotasi ke kelompok yang lain. Jadi ada 1 kelompok yang mengerjakan kegiatan pertama (menghias alat komunikasi) dan 2 kelompok lainnya mengerjakan kegiatan kedua (menulis kata) lalu dirotasi menjadi sebaliknya  1 kelompok tadi mengerjakan kegiatan kedua, dan 2 kelompok lagi mengerjakan tugas pertama. Namun untuk materi terakhir (meniru suara binatang), semua kelompok melakukan kegiatan ini bersama. Jadi, setiap kelompok mengerjakan 3  kegiatan selama 60 menit.
3)      Istirahat
Durasi : 30 menit
            Sebelum bermain-bermain, anak-anak diwajibkan untuk cuci tangan dan memakan bekal bersama terlebih dahulu.
4)      Penutupan
Durasi : 30 menit
            Pada tahap ini, guru akan menanyakan dan menstimulasi anak kembali untuk mengemukakan hal-hal yang telah mereka pelajari pada hari itu sebagai bentuk kesimpulan.

D.    Pembagian Tugas Kelompok
a.      Pertemuan I
      Sebelum memulai inti, pengajar terlebih dahulu menjelaskan keseluruhan kegaiatan, yaitu:
·      Menggambar dan Mewarnai Alat Komunikasi, dijelaskan oleh Novika
·      Hitung Handphone-mu!”, dijelaskan oleh Nurul
·      Bermain Drama, dijelaskan oleh Anggi
                 Kemudian tiap meja di koordinir oleh satu orang pengajar, yaitu:
·      Meja 1 (kelas A) oleh Novika
·      Meja 2 (kelas B) oleh Nurul
·      Meja 3 (kelas C) oleh Anggi
                        Observasi dilakukan oleh Annisa.
b.      Pertemuan II
      Sebelum memulai inti, pengajar terlebih dahulu menjelaskan keseluruhan kegaiatan, yaitu:
·      Menghias Alat Komunikasi, dijelaskan oleh Nurul
·      Menulis Kata dijelaskan oleh Novika
·      Meniru Suara Binatang, dijelaskan oleh Annisa
Kemudian tiap meja di koordinir oleh satu orang pengajar, yaitu:
·      Meja 1 (kelas A) oleh Novika
·      Meja 2 (kelas B) oleh Nurul
·      Meja 3 (kelas C) oleh Annisa
                        Observasi dilakakan oleh Anggi
E.     Alat Bantu yang Digunakan
a.      Pertemuan I
·         Lembar kerjaMenggambar dan Mewarnai Alat Komunikasi”
·         Lembar kerja “Hitung Handphone-mu!”
·         Potongan-potongan gambar handphone dalam tiga model yang berbeda
·         Piring kecil tempat gambar
b.      Pertemuan II
·      Lembar kerja “Menghias Alat Komunikasi”
·      Potongan \-potongan origami berbagai bentuk dan warna
·      Lem
·      Gunting
·      Piring kecil tempat origami
·      Lembar kerja “Menulis Kata”
III. Proses Pembelajaran
Observasi yang dilakukan adalah participant observation. Observer tidak melepaskan diri dari kegiatan mengajar¸ melainkan ikut masuk dengan kegiatan yang dilakukan anak didik.
a.      Skenario observasi
Kegiatan observasi bisa dilakukan ketika observer berada dekat dengan anak didik dan ikut serta dalam kegiatan mereka. Observer sesekali membantu mereka mengerjakan tugasnya terutama jika mereka meminta pertolongan,
b.      Objek observasi
Objek observasi terbagi menjadi dua yaitu observer (yang diobservasi adalah aspek komunikasinya) dan peserta anak didik (yang diobservasi adalah respon mereka).
·         Komunikasi (pengajar):
o   Kontak mata. Pengajar menciptakazn kontak mata dengan anak sesering dan sebaik mungkin. Kontak mata juga sebisa mungkin membuat mereka nyaman, bukan sebaliknya membuat mereka menimbulkan kesan bahwa pengajar adalah figur yang otoritas dan harus ditakuti.
o   Body language. Pengajar tidak memberikan instruksi dengan cara berdiri (kecuali saat berbicara di depan kelas yang ditujukan kepada seisi kelas), namun saat berbicara pengajar duduk/berjongkok di samping mereka, memberikan bimbingan kepada anak didik saat mengerjakan tugas. Pengajar mendatangi anak satu per satu untuk memastikan bahwa kegaiatan belajar berlangsung dengan baik. Sesekali pengajar juga memeluk anak ketika ia sudah mulai kehilangan fokus dan semangat ia agar bisa kembali belajar.
o   Pilihan kata dan kalimat. Pengajar berhati-hati untuk memilih kata yang akan diucapkan kepada anak, serta tidak menggunakan nada yang tinggi namun tegas dan jelas.
·         Respon audiens: 4 dari 5 anak didik di kelompok A memberikan respon yang baik atas kehadiran para pengajar. Mereka tidak memberikan perlawanan namun 1 orang anak terkesan masih malu malu, meskipun sesekali ia mencoba berbicara dengan pengajar. Sedangkan 1 orang anak lagi cenderung sulit untuk didekati karena beberapa alasan. Pada hari kedua, anak tersebut menangis sejadi-jadinya. Sejak awal kelas dimulai ia memang tidak memberikan perhatian yang cukup dan tidak mau mengerjakan tugasnya.




c.       Laporan proses dan hasil
Laporan:
·         Hari pertama. Sebelum pembukaan oleh guru, anak-anak masih berada di luar kelas dengan seorang guru pendatang (guru musik) dan ia juga membawa alat musik (organ) yang dimainkannya pada saat itu juga. Anak diajak bernyanyi lagu lagu yang telah mereka pelajari sebelumnya. Kegiatan ini berlangsung dari pukul 08.00-08.45. Kemudian berlanjutlah ke tahap pembukaan oleh guru selama 15 menit, isinya berupa pemberitahuan tentang tema yang akan mereka pelajari pada hari itu dan hari-hari yang selanjutnya. Kemudian anak dibawa masuk ke dalam kelas untuk mulai ke tahap inti pengajaran.
Tahap inti dimulai pada pukul 09.00, dengan tiga buah materi. Yaitu penulisan huruf hijaiyah ‘Ha’, menggambar alat komunikasi handphone dan menghitung bentuk 2 dimensi dari dua jenis handphone yang berbeda. Anak didik dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok A (yang berisi anak dengan usia yang lebih muda 4-5 tahun) dan kelompok B (anak dengan usia diatas usia anak kelompok A), namun kelompok B dibagi kembali menjadi 2, sehingga totalnya terdapat 3 buah kelompok pada 3 meja yang berbeda.
Instruksi tugas disampaikan secara bergiliran namun pada waktu yang sama di depan kelas dan semua anak memperhatikan. Dalam pelaksanaannya, setiap meja memiliki 1 jenis tugas yang berbeda, kemudian jika telah selesai satu tugas, akan digilir tugas selanjutnya hingga pada akhirnya satu kelompok bisa mendapatkan 3 tugas yang berbeda. Tugas menulis huruf hijaiyah, pengajar mengambilnya dari buku pelajaran anak, sedangkan dua meteri lain kelompok pengajarlah yang membuat lembar kerjanya.
Dalam rancangan pembelajaran di awal, diperkirakan durasi yang diperlukan untuk menyelesaikan 1 tugas adalah 15 menit, namun dalam pelaksanaannya ada beberapa anak yang menyelesaikan tugasnya sesuai dengan rencana yang kelompok pengajar buat, namun di kelompok A hanya terdapat 2 dari 5 anak yang mampu menyelesaikan 3 materi tersebut.
Guru utama yang biasanya mengajar di kelas sehari-hari, masih tetap berada di dalam kelas meskipun para pengajar tamu yang memegang forum. Hal ini dikarenakan beliau bertindak dalam memantau jalannya proses belajar-mengajar, serta membantu pengajar menenangkan anak jika terjadi keributan.
Setiap kelompok (A, B1 dan B2) diawasi oleh seorang pengajar yang bertugas membantu dan membimbing anak dalam pelaksanaan tugasnya. Setelah pembukaan dilakukan oleh pengajar (memperkenalkan diri dan tujuan datang kesana), pada 09.05 proses inti pembelajaran sudah dimulai. Namun materi pertama (menulis huruf hijaiyah) disampaikan oleh guru utama. Anak didik mengerjakannya di buku pelajaran mereka. Setelah itu, materi kedua disampaikan oleh pengajar tamu  tentang bagaimana menggambar handphone, pada lembar kerja telah disiapkan gambar persegi panjang sebagai bentuk stimulus. Selanjutnya pengajar menyampaikan materi ketiga tentang berhitung gambar 2 dimensi handphone dengan 3 jenis yang berbeda. Setelah itu, anak menuliskan jumlah handphone sesuai dengan jenisnya. Ini ditujukan untuk melatih kemampuan berhitung dan menulis mereka. Sedikit permasalahan terjadi pada hari ini dikarenakan kordinasi yang kurang matang antara anggota kelompok kami dalam menyiapkan materi ketiga (berhitung), hingga di dalam kelas kami masih membicarakan untuk materi ketiga.
Setelah ketiga materi telah disampaikan, kemudian pada 09.20 anak mulai mengerjakan tugasnya satu per satu. Target diselesaikannya fase inti yaitu pada pukul 10.00, namun mundur hingga pukul 10.20 karena beberapa anak belum bisa menyelesaikan tugasnya pada pukul 10.10. Sejak pukul 10.20 hingga 10.40 kegiatan anak selanjutnya adalah makan bekal yang telah mereka bawa sendiri dari rumah. Sebelum makan, anak-anak membaca doa dan melafazkan perjanjian makan. Jika sudah selesai, anak diperbolehkan bermain di pekarangan sekolah sekaligus menunggu jemputan pulang. Maka kegiatan belajar-mengajar pada hari itu telah berakhir.
Pada hari pertama hanya 3 dari 4 anggota kelompok yang hadir dikarenakan 1 anggota kelompok yang lain memiliki jadwal kuliah.
·         Hari kedua. Pengajar tamu sampai ke sekolah pada pukul 08.55 dan langsung menuju kelas karena sudah akan memasuki fase inti. Sesampainya di kelas, guru utama langsung memberikan proses pembelajaran kepada kami, meskipun beberapa kali beliau memberikan masukan untuk kami serta membantu menenangkan anak didik. Pada hari kedua ada dua materi (dengan lembar kerja dibuat sendiri) dan sebuah cerita yang disampaikan di awal fase inti. Cerita yang dimaksud melibatkan kemampuan anak dalam menirukan suara hewan. Cerita berlatar belakang kebun binatang, ketika pengajar menyebutkan nama hewan, maka anak ditugaskan untuk menirukan suara hewan tersebut.
Materi kedua adalah menebalkan kata. Kata yang dimaksud bertuliskan “SURAT’ yang juga sebagai alat komunikasi. Terdapat perbedaan lembar kerja untuk kelompok A dan B. Penugasan pada kelompok A lebih dipermudah dengan bantuan garis putus-putus.
Materi ketiga adalah melengkapi pola. Anak diberikan pola amplop pada selembar kertas (amplop mengindikasikan surat), kemudian anak diminta untuk menempel origami pada pola tersebut. Di tugas ini juga melibatkan kemampuan anak dalam mengenali warna, dan hasilnya hampir semua anak sudah memiliki kemampuan mengenali warna-warna umum (merah, coklah, biru, hijau, merah muda, kuning).
Setelah tiga materi disampaikan, pada pukul 09.20 anak-anak mulai mengerjakan tugasnya. Masih dengan konsep yang sama, setiap meja didampingi dengan seorang pengajar, jumlah meja 3 dengan 3 orang pengajar. Hari kedua dihadiri oleh 3 orang pengajar tamu, karena seorang pengajar memiliki jadwal bimbingan skripsi. Beberapa anak membutuhkan bimbingan terutama pada materi melengkapi pola.
Pukul 10.05 anak-anak sudah menyelesaikan tugasnya, kemudian dilanjutkan dengan makan. Pukul 10.15 pengajar sudah berpamitan meskipun kelas belum selesai karena memiliki jadwal berkuliah pukul 10.30 pada hari tersebut. Namun karena tidak ada lagi sesi mengajar setelah pukul 10.05 maka pengajar memutuskan untuk meninggalkan sekolah pada pukul 10.15 dan bagi kami proses belajar-mengajar hari kedua sudah berakhir.
Hal yang sedikit mengganggu adalah ketika kami kurang mempersiapkan materi ajar dengan matang, sehingga beberapa kali melakukan persiapan di dalam kelas. Hal ini disebabkan adanya kesulitan koordinasi dengan setiap anggota yang memiliki kesibukan dan jadwal kegiatan masing-masing, sehingga kordinasi seringnya tidak secara langsung melainkan melalui media online.
            Hasil
            Kami (kelompok pengajar tamu) tidak menyiapkan standar penilaian khusus karena penilaian masih dilakukan oleh guru utama. Secara keseluruhan, meskipun kami pada awalnya mengalami kesulitan dalam menyiapkan materi dan lembar kerja dalam waktu yang singkat, namun proses belajar-mengajar masih dapat berjalan dengan baik.
            Anak didik memberikan respon yang positif atas kehadiran kami disana, tentu saja kami pun berusaha sebaik mungkin untuk berinteraksi dengan mereka agar tidak menimbulkan kesan negatif bagi mereka. Materi pengajaran juga masih disesuaikan dengan materi yang sering mereka dapatkan sehari-hari untuk melatih kemampuan berhitung, menulis, kordinasi warna, motorik, dsb.
            Dalam proses mengajar ada banyak hal yang harus diperhatikan. Beberapa diantaranya adalah penggunaan bahasa tubuh yang sesuai, pemilihan kata, kesiapan materi sebelum memulai kegiatan mengajar, kesabaran saat membimbing dan membantu anak-anak, kordinasi yang matang dengan anggota kelompok, serta perkiraan waktu yang dibutuhkan anak untuk menyelesaikan tugasnya. Dibawah ini adalah beberapa hasil observasi proses pembelajaran yang kami dapatkan:
·         Kegiatan belajar mengajar sehari hari telah memiliki beberapa kegiatan wajib. Misalnya berdoa sebelum belajar dan makan, adanya penambahan kegiatan seperti menari, bernyanyi (dengan mendatangkan seorang guru musik), mengaji, setiap hari berisi 3 buah materi yang digilirkan, dll.
·         Kebanyakan dari mereka sudah mampu berhitung angka 1-20 namun belum mampu menuliskannya dengan dengan baik, sehingga membutuhkan bantuan observer saat menggerakkan tangan mereka ketika menulis, dan terkadang yang masih salah mengurutkannya.
·         Yang paling utama pada anak di kelompok A adalah diajarkan untuk menulis namanya sendiri. Seperti pada angka, anak masih mengalami kesulitan saat menuliskan huruf (namanya), berbeda dengan anak kelompok B yang tergolong sudah lebih baik.
·         Kelompok A mengalami kesulitan pada aspek motoriknya yang terlihat pada salah satu tugas (mengisi pola surat dengan kertas origami), karena anak masih belum lancar mengerjakannya dan tergolong lebih lamban dari kelompok B.
·         Anak didik dari kelompok A dan B cukup sering menanyakan kepada pengajar tentang kesesuaian tugas yang mereka buat.
·         Anak-anak di kelompok A cukup mudah teralihkan perhatiannya, misalnya karena lelah sehingga seseklai berhenti mengerjakan tugas ataupun karena adanya hal lain yang lebih menarik perhatian mereka (peristiwa salah seorang anak dari kelompok A yang menangis membuat teman sekolompok merasa terganggu hingga teralikan perhatiannya dari tugas).
Kesimpulannya, jika dibandingkan dengan kelompok B, kelompok A membutuhkan pendampingan yang lebih intens untuk membuat mereka tetap fokus sehingga proses belajar-mengajar dapat berlangsung dengan efektif. Guru yang terlibat juga harus memahami kondisi ini dan mencoba bersabar dengan dinamika yang terjadi saat berinterksi dengan anak-anak.
Pada awalnya, kelompok mengalami sedikit kesulitan untuk melakukan kordinasi dikarenakan jadwal yang tidak sesuai antara satu anggota kelompok dengan yang lain, sehingga seringnya kordinasi dilakukan melalui media online. Namun keadaan seperti ini juga coba dipahami oleh setiap anggota kelompok sehingga tidak terjadi konflik yang membahayakan keberlangsungan kegiatan ini.
Sebelum memasuki hari pelaksanaan pertama, draft yang kami miliki memang belum matang seutuhnya, namun sudah memiliki gambaran tentang keadaan disekolah (karena telah melakukan observasi sebelumnya), proses belajar-mengajar sehari-hari, sehingga kelompok sudah miliki ‘garis besar’ tentang yang akan dilakukan disana. Berhubung tema pembelajaran pada minggu tersebut adalah ‘alat komunikasi’, maka kelompok menyesuaikan materi yang akan diajarkan, yang bentuk-bentuknya telah disebutkan diatas.
Guru pengampu tetap berada di kelas untuk memantau jalannya proses belajar-mengajar, serta membantu menenangkan anak jika terjadi keributan. Seperti yang telah diceritakan diatas, ada peristiwa ketika seorang anak dari kelompok A menangis. Kemudian ia dibawa keluar dari kelas oleh guru tersebut supaya tidak menggangu kegiatan belajar-mengajar yang sedang berlangsung. Kemudian kami dapatkan informasi dari guru yang bersangkutan bahwa pola attachment anak tersebut dengan kedua orang tuanya tidak berkembang dengan baik. Ketika di rumah ia dibiasakan untuk sendiri dan tidak didorong untuk bersosialisasi dengan orang lain, hal ini membuatnya kesulitan jika bersosialisasi dengan orang lain termasuk teman sabayanya.
Kelompok tidak banyak melakukan perubahan materi maupun mekanisme pengajaran dengan yang sudah diterapkan di sekolah. seperti yang telah disebutkan dalam sehari ada tiga jenis materi yang disampaikan (@ 15 menit), namun pada kelompok A
-yang belum memiliki pengalaman belajar cukup banyak serta usia yang masih terbilang dini- belum mampu mendapatkan ketiga materi sekaligus dikarenakan waktu yang cukup lamban bagi mereka untuk mengerjakan tugas.
IV. Evaluasi
Kami menggunakan evaluasi berdasarkan teori pedagogi yang terdapat di bagian rancangan pembelajaran diatas, yaitu teori tentang guru cerdas, dan teori prinsip pedagogi dari Addine (2001).
Guru yang cerdas memiliki tiga karakteristik (menurut Sudarwan, 2013) yaitu jujur, integritas, serta memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan siswa.
·         Kejujuran. Sejauh yang diamati, pengajar tidak melakukan hal-hal yang melanggar prinsip-pinsip kejujuran, dengan kata lain tidak melakukan kebohongan kepada anak didik dan guru utama.
·         Integritas. Pengajaran yang dilakukan menuntut pengajar untuk mememiliki rasa percaya diri yang baik. Berdasarkan proses belajar-mengajar yang telah dilakukan, pengajar mampu menunjukkan rasa percaya diri yang baik, namun sesekali masih mengalami penurunan.
·         Berkomunikasi. Pengajar melakukan komunikasi di depan kelas maupun langsung mendatangi meja-meja anak didik untuk melakukan komunikasi yang lebih intens.
Tiga dari lima prinsip pedagogis yang coba diterapkan (Addine, 2001) :
Pertama, mengkombinasikan karakter kolektif dan individual pendidikan, serta penghormatan terhadap kepribadian siswa. Setiap siswa memiliki kekhususan yang unik yang membedakannya dari yang lain, juga memiliki hak untuk dipertimbangkan dan dihormati. Anak didik di kelompok A dan B memiliki perbedaan dalam beberapa dimensi; usia, kemampuan menulis, berhitung, mengenali warna. Perbedaan ini membuat pengajar melakukan sedikit perbedaan penanganan, yang mana anak didik pada kelompok A mendapatkan pendampingan yang lebih intens.
Prinsip yang kedua adalah domain kognitif dan afektif tidak berada dalam suasana yang kering. Dalam proses belajar mengajar, sebisa mungkin pengajar melibatkan aspek afeksi nya meskipun tidak sampai dilakukan dengan maksimal.
Prinsip yang ketiga adalah masing-masing subsistem aktivitas, komunikasi, dan kepribadian saling terkait satu sama lain. Aspek penting adalah komunikasi yang dapat mempengaruhi kepribadiannya. Sehingga selama proses berlangsung anak diajak berkomunikasi, tidak hanya berkaitan dengan tugas, namun hal-hal lain diluar konteks tersebut.
Komentar Individu
Anggi Gurning  (09-100)
Ketika mendapat tugas mengajar di TK, saya senang sekali. Berhubung saya pernah mengajar di panti asuhan, kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan pelepas rindu. Namun mengajar di panti asuhan dan di TK adalah sesuatu yang jauh berbeda. Sebelum mengajar, kami berbicara dengan kepala sekolah, dan beliau mengajarkan kami banyak hal sebelum mengajar. Berbeda dengan di panti yang langsung mengajar tanpa perlu adanya pembukaan-inti-istirahat-penutup.
Di dalam kelas, saya bertemu dengan dua anak TK. Mereka sangat antusias ketika akan mulai menggambar. Mereka berusaha berlomba untuk mendapat nilai bagus. Antusiasme mereka membuat saya juga jadi semangat. Sesekali mereka akan berantem karena penghapus atau crayon yang dipinjam tanpa permisi, kalau sudah begitu mereka akan meminta saya memihak salah satu dari mereka. Tingkah mereka yang seperti ini membuat saya tersenyum, dan kalau sudah begitu saya akan mengajak mereka untuk saling berbagi dan permisi kalau akan meminjam barang orang lain.
Novika Susi Lestari (11-025)
Secara keseluruhan, saya sangat menyenangi kegiatan belajar-mengajar ini. Kegiatan berkumpul dengan anak-anak disertai dengan berbagai dinamika saat berinteraksi dengan mereka merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi saya. Ada banyak hal yang bisa dipelajari dari pengalaman mengajar beberapa hari yang lalu. Misalnya strategi mengurus forum (yang berisi anak-anak yang sangat mudah sekali teralih perhatiannya), merancang dengan matang materi pembelajaran yang menyenangkan dan edukatif, melakukan koordinasi dengan anggota kelompok yang terdiri dari berbagai angkatan dengan kesibukan yang berbeda, serta melakukan hubungan kerja sama dengan TK Dharma Pancasila sejak satu minggu sebelum kegiatan dilaksanakan.
Proses pengajaran yang terjadi pun sangat berdinamika, untuk saya sendiri yang selama dua hari menangani 5 orang anak didik dari kelompok A (yang tergolong lebih muda dari kelompok B), merasa sedikit kesulitan. Namun tidak terlalu sulit untuk melakukan pendekatan dengan mereka. Pendekatan tidak hanya dengan memberikan instruksi yang jelas, tetapi juga ditambah dengan sentuhan fisik yang bisa membuat anak nyaman dan mau bekerja sama, serta penggunaan bahasa dan nada bicara yang bersahabat dengan mereka.
Pada hari terakhir kegiatan ada perasaan senang karena tugas lapangan bisa diselesaikan, namun muncul juga perasaan sedih ketika harus berpisah dengan mereka, meskipun baru beberapa hari bertemu dan berinteraksi dengan mereka. Hingga sesaat sebelum kami keluar dari kelas, salah seorang anak didik dari kelompok A berkata dengan suara yang cukup lantang, “Besok kakak kesini lagi ya!” membuat saya terhenti sejenak untuk kembali mengucapkan kata perpisahan dan salam kepada mereka. Sungguh pengalaman yang sangat menyenangkan J
Nurul Fadillah Siregar (11-071)
Sangat seru, lihat mereka lucu-lucu dan menggemaskan. Awalnya sempat deg-degan, takut ntar sekolah tidak menerima kami, atau anak-anaknya nakal, atau takut salah mengajar trus jadi garing (tidak lucu). Ternyata setelah menjalaninya, semua anggapan saya salah. Kepala sekolah dan guru sangat kooperatif, menerima, dan mau berdiskusi dengan kami untuk membahas kegiatan-kegiatan pembejaran yang kami ajukan.
Ketika memberi isntruksi di kelas saat awal pertama masih agak kaku, namun lama-kelamaan sudah bisa lebih santai. Saya senang karena guru TK tersebut mau memberi feedback dan arahan bagi kami bagaimana cara berkomunikasi dengan anak, bentuk lembar kerja, dan sebagainya.
Saya menagani 1 kelompok yang terdiri dari 4 orang anak perempuan. Ada 2 orang yang pendiam, dan 2 lagi cukup sering berbicara. Pengalaman mengajar mereka lumayan seru, misalnya saat menulis huruf hijaiyah, semua anak tersebut terus-terusan bertanya pada saya “ini sudah benar kak?”, “kaaak ajarin”, saya pun agak kewalahan karena mondar-mandir mengitari meja tersebut baik untuk memperhatikan hasil kereja mereka, memberi arahan, maupun membantu mereka menulis (dengan menggerakkan tangan mereka), namun hal itu tetap membuat saya senang dan betah duduk dekat mereka. Sesekali saya memuji mereka misalnyadari segi hasil kerja, atau penampilan, karena setahu saya anak usia dini perlu diberi reinforcement positif untuk meningkatkan performanya.
Saya juga menyelipkan sedikit pesan moral, misalnya ketika ada yang tidak membawa penghapus, biasanya anak akan mengatakan “ibuuu, minta setip”, nah pada saat itu saya ajarkan untuk meminjam dengan kalimat yang baik pada temannya. Atau misalnya ketika mereka berebutan lem saat menempel origami, saya pun mengajarkan mereka untuk saling berbagi dan belajar bersabar menunggu giliran. Juga ketika ada yang menyakiti temannya, lalu mereka akhirnya bermaafan. Mereka terlihat lucu J
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih pada Bu Fillia Dina Anggaraeni selaku dosen pengampu mata kuliah Paedagogi yang memberi tugas ini pada kami. Walau awalnya merasa kewalahan karena dikejar deadline dan terasa agak memberatkan, namun hal itu terbalaskan dengan pengalaman berharga yang saya dapatkan. Juga terima kasih pada teman sekelompok saya yaitu vika, kak anggi, dan gadis (nama lain dari Annisa), kelompok kita penuh dinamika, dengan karakter kita masing-masing, walau mungkin ada sedikit kekesalan yang terkadang terbersit, namun pada akhirnya kita semua bisa melewatinya dan belajar bersama, semoga pengalaman bermanfaat bagi kita semua.
Annisa Avinda Ahmad (12-102)
Ini adalah pengalaman pertama saya mengerjakan tugas yang seperti ini, yaitu mengajar anak TK. Awalnya saya bingung dan tidak percaya diri untuk melaksanakan tugas ini, tapi karna di bimbing dan di suport oleh kakak-kakak sekelompok saya, saya jadi merasa bajwa saya bisa. Nah perasaan saya saat mengajar anak TK sangat mengesankan, saya bisa dekat dengan banyak anak anak yang lucu lucu, dan saya merasa sangat bangga karna bisa membantu mereka mengerjakan tugas tugas mereka.
Ada 5 orang anak kelompok b di tk dharma wanita yang kami jadikan tempat untuk pengajaran pada tugas kali ini. Di kelompok b ada 5 anak. 5 laki laki dan 1 perempuan. Disini anak anaknya lucu lucu, di kelompok b ini sifat anak anaknya juga berbeda beda. Ada yang manja sekali dan selalu minta di perhatiin ada yang suka melakukan tingkah tingkah aneh, walaupun begitu tetap saja lucu di lihat. Saat mengerjakan tugas yg kami berikan pun ada yg terlihat semangat sekali mengerjakannya, tapi ada juga yang bilang "kak capek" tapi setelah melihat hasil dari pekerjaan temannya yang hampir jadi, dia bilang "cantik juga kak lama lama" jadi dia pun ikut semangat mengerjakannya.
Lampiran Lembar Kerja
1.        Lembar Kerja “Menggambar dan Mewarnai Alat Komunikasi”
 
2.        Lembar Kerja “Hitung Handphone-mu!”
 

3.        Lembar Kerja “Menghias Alat Komunikasi”
 

4.        Lembar Kerja “Menulis Kata”
 

Dokumentasi Kegiatan



DAFTAR PUSTAKA

Danim, P. D. (2013). Paedagogi, Andragogi dan Heutagogi. Bandung: ALFABETA, cv.
Dr. Yuliani Nurani Sujiono, M. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta Barat: PT Macanan Jaya Cemerlang.
Hainstock, Elizabeth G. Metode Pengajaran Montessori untuk Anak Prasekolah. Jakarta: Pustaka Delapratasa, 1999.
Lahey, B. B. (2007). Psychology, An Introduction, Ninth Edition. New York: Mc-Graw-Hill.
Papalia & Olds. 2008. Human  Development. New York: Mc Graw-Hill Book Co.
Sutirjo dan Sri Istuti Mamik.  (2005). Tematik: Pembelajaran Efektif dalam Kurikulum 2004. Malang: Bayumedia Publishing.



Label: ,