TUGAS INDIVIDU
TUGAS MATA KULIAH PEDAGOGI
LAPORAN WAWANCARA GURU
LAPORAN WAWANCARA GURU
O
L
E
H
Anggi Gurning
091301100
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Kalimat tersebut sudah pasti tidak asing di telinga kita. Guru merupakan jembatan kita mengetahui seluk beluk dunia. Sudah pasti dalam prakteknya, menjadi guru bukanlah pekerjaan yang mudah. Guru adalah orang tua kita di sekolah, sehingga sudah pasti guru mengetahui kemampuan kita. Menjadi guru berarti mengabdikan dirinya untuk pendidikan dan mendidik anak-anak yang menjadi tanggung jawabnya. Mengajar atau mendidik merupakan sebuah seni dalam mentransformasikan bahan ajar kepada para peserta didik pada situasi dan dengan menggunakan media tertentu. Seni mengajar akan terlihat ketika terjadi interaksi antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Menjadi guru bukanlah pekerjaan yang mudah. Apalagi guru TK dan SD kelas 1. Mereka memikul tugas yang berat karena harus mengajar anak didiknya sesuatu yang baru, seperti menulis, membaca dan berhitung.
Seperti yang kita ketahui bahwa seorang anak yang berada pada tingkat usia dini sangat membutuhkan pendampingan yang cukup ketika sedang melakukan sebuah kegiatan. Kesabaran seorang guru dalam memberikan perhatian sangat dibutuhkan saat mengajar dan mendidik. Untuk itu, saya melakukan wawancara dengan guru SD kelas 1. Beliau sudah mengajar selama 24 tahun. Beliau mengajar sejak berusia 26 tahun setelah lulus dari sebuah universitas negri di kota Medan. Dan karena pengabdiannya akan pendidikan, beliau masih mengajar sampai sekarang di salah satu sekolah swasta di kota Medan.
BAB II
HASIL WAWANCARA
HASIL WAWANCARA
Data Pribadi.
Inisial : KS
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Guru SD kelas 1
Usia : 50 tahun
Lama mengajar : 24 tahun (sejak tahun 1990 sampai sekarang)
Pengalaman mengajar : Tahun 1990 – tahun 2014 mengajar SD di salah satu sekolah swasta di kota Medan.
Wawancara dilakukan pada hari Kamis, 20 Maret 2014 pada pukul 12.00-13.00 WIB di TK tempat narasumber mengajar, tepatnya berada di ruang guru. Posisi duduk saya dan narasumber saling berhadapan selama proses wawancara berlangsung. Pertanyaan yang diajukan mengenai bagaimana pandangan guru tentang pendidikan, motivasi yang mendasari, bagaimana sudut pandang sebagai guru dalam melihat peserta didik, apa filosofi dalam mengajar dan pendekatan dalam mengajar. Sebelum memulai wawancara, saya memperkenalkan diri terlebih dahulu dan meminta kesediaan beliau untuk saya wawancarai dan saya memberikan kesempatan kepada beliau untuk memperkenalkan dirinya terlebih dahulu sebelum wawancara dimulai. Adapun hasil wawancaranya adalah sebagai berikut:
Beliau mengatakan bahwa pedidikan merupakan kebutuhan setiap individu karena kaitan pendidikan dengan dunia globalisasi saat ini tidak bisa dihindari lagi dan setiap anak seharusnya berhak untuk mendapat pendidikan yang sama dan duduk di bangku sekolah bukannya tinggal di jalan dan mengabaikan pendidikan. Sebagai seorang guru yang mengajar di bangku kelas 1 SD, beliau mengaku cukup kewalahan apabila ada anak yang sama sekali belum bisa menuliskan abjad dan angka. Baginya itu merupakan sesuatu yang sudah dipelajari dasarnya ketika anak tersebut duduk di bangku TK. Namun masih banyak orangtua yang tidak memperhatikan hal ini. Sehingga beliau harus memberikan perhatian yang lebih banyak kepada anak-anak yang tidak mengenak abjad dan angka ini.
Beliau juga mengatakan bahwa biaya pendidikan yang cukup mahal menjadi salah satu alasan orang tua untuk tidak memasukkan anak-anak mereka ke TK. Selain itu, banyaknya penyelewengan Biaya Operasional Sekolah (BOS) di beberapa sekolah negri juga menjadi penyebab banyaknya anak-anak yang putus sekolah. Beliau menambahkan bahwa seharusnya pemerintah daerah memperhatikan penyaluran dana yang menjadi anak-anak kurang mampu sehingga setiap anak mendapat kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan di usia dini.
Ketika saya menanyakan motivasi beliau mengajar di kelas 1, beliau tertawa terbahak-bahak dan mengaku tidak pernah memiliki bayangan menjadi seorang guru. Beliau berkata seperti ini: “aduuuuh, menjadi guru itu tidak enak. Kalau muridnya pintar, gurunya dilupakan. Tapi kalau muridnya kurang mampu menangkap pelajaran, orang tua murid bilang gurunya yang tidak pintar mengajar, belum lagi gajinya kecil...”. Namun beliau mengatakan bahwa menjadi guru merupakan suatu berkah baginya karena Ia memiliki kesempatan untuk memiliki banyak anak, terlebih lagi anak didiknya selalu memiliki aksi yang kadang membuatnya terhibur.
Menurut Beliau murid-muridnya merupakan anak-anak yang menyenangkan dan beliau yakin suatu saat nanti salah satu dari peserta didiknya akan menjadi pemimpin bangsa ini. Walaupun beliau mereasa beban yang Ia pikul cukup berat karena anak-anak gampang bosan, baliau memiliki metode yang dapat mengundang anak-anak untuk bersemangat belajar kembali. Beliau juga mengaku bangga apabila ada guru kelas 2 yang memuji anak-anak didiknya ketika mereka mampu berhitung dengan cepat.
Filosofi yang dimiliki beliau dalam mengajar adalah pendidikan adalah hak setiap anak, dan tidak ada anak yang bodoh sehingga tidak disekolahkan. Beliau mengatakan bahwa banyaknya kemiskinan di Indonesia juga karena mutu pendidikan Indonesia yang rendah dan banyaknya orang tua yang kurang mampu mengabaikan pendidikan dan banyak pula yang menganggap kemiskinan adalah kebodohan sehingga mereka memutuskan untuk tidak menyekolahkan anak-anak mereka.
Beliau juga mengatakan bahwa biaya pendidikan yang cukup mahal menjadi salah satu alasan orang tua untuk tidak memasukkan anak-anak mereka ke TK. Selain itu, banyaknya penyelewengan Biaya Operasional Sekolah (BOS) di beberapa sekolah negri juga menjadi penyebab banyaknya anak-anak yang putus sekolah. Beliau menambahkan bahwa seharusnya pemerintah daerah memperhatikan penyaluran dana yang menjadi anak-anak kurang mampu sehingga setiap anak mendapat kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan di usia dini.
Ketika saya menanyakan motivasi beliau mengajar di kelas 1, beliau tertawa terbahak-bahak dan mengaku tidak pernah memiliki bayangan menjadi seorang guru. Beliau berkata seperti ini: “aduuuuh, menjadi guru itu tidak enak. Kalau muridnya pintar, gurunya dilupakan. Tapi kalau muridnya kurang mampu menangkap pelajaran, orang tua murid bilang gurunya yang tidak pintar mengajar, belum lagi gajinya kecil...”. Namun beliau mengatakan bahwa menjadi guru merupakan suatu berkah baginya karena Ia memiliki kesempatan untuk memiliki banyak anak, terlebih lagi anak didiknya selalu memiliki aksi yang kadang membuatnya terhibur.
Menurut Beliau murid-muridnya merupakan anak-anak yang menyenangkan dan beliau yakin suatu saat nanti salah satu dari peserta didiknya akan menjadi pemimpin bangsa ini. Walaupun beliau mereasa beban yang Ia pikul cukup berat karena anak-anak gampang bosan, baliau memiliki metode yang dapat mengundang anak-anak untuk bersemangat belajar kembali. Beliau juga mengaku bangga apabila ada guru kelas 2 yang memuji anak-anak didiknya ketika mereka mampu berhitung dengan cepat.
Filosofi yang dimiliki beliau dalam mengajar adalah pendidikan adalah hak setiap anak, dan tidak ada anak yang bodoh sehingga tidak disekolahkan. Beliau mengatakan bahwa banyaknya kemiskinan di Indonesia juga karena mutu pendidikan Indonesia yang rendah dan banyaknya orang tua yang kurang mampu mengabaikan pendidikan dan banyak pula yang menganggap kemiskinan adalah kebodohan sehingga mereka memutuskan untuk tidak menyekolahkan anak-anak mereka.
Pendekatan yang digunakan oleh beliau ketika mengajar anak-anak adalah dengan menggunakan alat bantu sebagai media untuk mempermudah beliau menjelaskan serta memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang topik yang akan diajarkan. Beliau menggunakan beberapa poster abjad dan angka yang ditempel di dinding kelas. Selain itu ada beberapa poster hewan-hewan dan tumbuhan yang disertai bahasa Inggrisnya. Namun beliau mengaku kalau Ia tidak memaksa peserta didiknya untuk menghapal istilah-istilah tersebut dalam bahasa Inggris. Beliau berkata apabila peserta didiknya mampu berbahasa Inggris dari poster yang beliau tempelkan, itu merupakan bonus baginya. Beliau juga sering mengambil gambar dari internet ketika akan menceritakan sesuatu, karena menurutnya, anak-anak lebih mudah mengerti apabila ada gambar yang dapat mereka bayangkan.
BAB III
PEMBAHASAN
Setelah melewati proses wawancara, pada bagian pembahasan ini saya akan mecoba menganalisa dan menjelaskan hasil wawancara dengan menggunakan teori Pedagogi yang terdapat dalam buku Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi. Kalau kita lihat dari seni dan ilmu mengajar pada guru tersebut dimana guru yang baik dan ideal yang harus ditampilkannya di kelas adalah guru yang memiliki kesatria, jujur,disiplin, penyayang, integritas, antusias, motif bagus yaitu menjadikan siswa selalu pada prioritas nomor satu dan berkomitmen. Hal ini juga terdapat pada beliau dimana beliau bisa disebut sebagai guru yang baik yang mengajarkan anak-anak didik nya dengan seni-seni mengajar dan menurut saya beliau juga memiliki kesabaran dalam menghadapi anak-anak yang berbeda-beda karakter dan berbeda kemampuan akademiknya.
Ditinjau dari bab 2 tentang mengajar, dikatakan pada bab tersebut bahwa ada beberapa ciri dari seorang ahli peadagogis adalah memiliki sikap positif dan kepercayaan terhadap siswa nya, mempromosikan berbagai ide-ide dan menunjukkan cara yang unik dan kreatif untuk menghubungkan siswa satu sama lain. Hal ini juga ada pada beliau di mana beliau menempel beberapa poster abjad dan angka juga hewan dan tumbuhan. Dan beliau tidak memaksa anak didiknya untuk dapat fasih berbahasa Inggris.
Menurut saya proses pembelajaran yang dilakukan beliau sudah cukup baik. Proses pengajaran dengan hubungan dua arah sangat penting dilakukan antara guru dan siswa. Ada yang memberi dan ada yang menerima. Hal ini diterapkan beliau agar peserta didiknya dapat mengerti pelajaran dengan baik.
Ditinjau dari bab 2 tentang mengajar, dikatakan pada bab tersebut bahwa ada beberapa ciri dari seorang ahli peadagogis adalah memiliki sikap positif dan kepercayaan terhadap siswa nya, mempromosikan berbagai ide-ide dan menunjukkan cara yang unik dan kreatif untuk menghubungkan siswa satu sama lain. Hal ini juga ada pada beliau di mana beliau menempel beberapa poster abjad dan angka juga hewan dan tumbuhan. Dan beliau tidak memaksa anak didiknya untuk dapat fasih berbahasa Inggris.
Menurut saya proses pembelajaran yang dilakukan beliau sudah cukup baik. Proses pengajaran dengan hubungan dua arah sangat penting dilakukan antara guru dan siswa. Ada yang memberi dan ada yang menerima. Hal ini diterapkan beliau agar peserta didiknya dapat mengerti pelajaran dengan baik.
BAB IV
KESIMPULAN
Adapun beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai kesimpulan adalah sebagai berikut:KESIMPULAN
- Ibu KS merupakan seorang guru yang telah memiliki cukup banyak pengalaman dalam mengajar yang terbukti dari lamanya masa pengabdian beliau selama 24 tahun terhitung dari 1990 dan beliau memiliki pengalaman yang cukup dalam mengajar.
- Berdasarkan 10 karakteristik guru yang baik, Ibu KS memiliki beberapa karakteristik tersebut yaitu, bertanggung jawab, percaya diri, sabar, mengajar dengan kasih sayang, berorientasi pada tujuan, dan memandang para peserta didik, pembelajaran serta cara mengajar dengan sudut pandang yang positif. Sehingga dengan sifat-sifat dan cara beliau dalam mengajar dapat disimpulkan bahwa Ibu KS merupakan seorang guru yang baik.
- Ibu KS berpendapat bahwa dalam mengajar anak-anak yang termasuk dalam kategori usia dini, harus menggunakan metode yang sesuai, misalnya menggunakan alat-alat bantu sesuai topik sehingga para peserta didik tidak merasa jenuh serta bosan dan tidak merasa terpaksa selama mengikuti proses belajar mengajar.
- Beliau berpendapat bahwa sistem pendidikan tidak seharusnya melakukan perbedaan-perbedaan dalam hal kemampuan setiap individu peserta didiknya atau berdasarkan latar belakang status sosial yang dimilikinya. Karena pada hakikatnya setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang sama.
BAB V
SARAN
SARAN
Berdasarkan hasil wawancara dan melakukan analisis wawancara, adapun beberapa saran yang diharapkan bisa menjadikan masukan untuk kedepannya adalah sebagai berikut:
- Bagi para guru yang mengajar di tingkat manapun tidak memperlakukan setiap anak berbeda karena latar belakang yang dimilikinya.
- Untuk pihak sekolah sebaiknya memperhatikan peserta didiknya secara adil dan merata tanpa harus membeda-bedaknnya (secara akademis maupun secara status sosial-ekonominya) agar tidak terjadi penurunan motivasi bagi para peserta didik saat berada di lingkungan sekolah.
- Orang tua juga seharusnya memperhatikan pendidikan anak-anaknya dan tidak mengabaikan pendidikan sehingga banyak anak yang akhirnya putus sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Danim, S. & Khairil. 2013. Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung : Alfabeta
Label: PEDAGOGI, PSIKOLOGI USU
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda