MATA KULIAH PAEDAGOGI
RANCANGAN DAN LAPORAN PEMBELAJARAN
PEDAGOGI DI TK DHARMA PANCASILA MEDAN
DISUSUN OLEH:
Kelompok 9
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
RANCANGAN
PEMBELAJARAN
I.
Latar
Belakang Rancangan Pembelajaran
Anak
usia dini berada dalam masa keemasan di sepanjang rentang usia perkembangan
manusia. Montessori dalam Hainstock (1999:
10-11)
mengatakan bahwa masa ini merupakan periode sensitif. Selama masa inilah anak
secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Pada masa
ini anak siap melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memahami dan menguasai
lingkungannya. Montessori menyatakan bahwa usia keemasan adalah masa anak mulai
peka untuk menerima berbagai stimulasi dan berbagai upaya pendidikan dari
lingkungannya baik disengaja maupun tidak disengaja. Pada masa peka inilah
terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga anak siap merespons
dan mewujudkan semua tugas-tugas perkembangan yang diharapkan muncul pada pola
perilaku sehari-harinya (Hainstock, 1999:34). Anak juga mengalami perubahan pesat pada kemampuan motorik kasar
& halus, serta koordinasi mata-tangan.
Masa usia dini dapat pula disebut masa
kanak-kanak awal. Masa ini dimulai
setelah melewati masa bayi, yakni usia 2-3 tahun dan diakhiri sampai saat anak matang secara
seksual
(atau sekitar 7 tahun).
Masa
ini merupakan masa dimana terjadi perkembagan yang amat cepat dan perubahann
dramatis dalam kognisinya (Lahey, 2007:334). Menurut Piaget anak berada dalam
tahapan praoperasional dimana pada masa ini imajinasi anak sangat aktif. Pada
akhir tahapan praoperasional (yaitu umur 5-7 tahun), anak memiliki tipe bermain
kooperatif yaitu mampu memberi dan menerima secara kooperatif dengan dua anak
atau lebih lainnya. (Lahey, 2007:335). Perkembangan kognitif yang berada pada tahap pra operasional
ini ditandai dengan
penguasaan bahasa dan adanya imitasi.
Masa kanak-kanak awal disebut usia bermain karena anak menghabiskan sebagian
besar waktunya untuk bermain. Menurut Piaget
masa ini merupakan transisi dari pemikiran sensori motor ke manipulasi objek /
symbol
(Papalia, 2008). Masa kanak-kanak awal ini disebut pula sebagai masa prasekolah yaitu
merupakan masa persiapan
sebelum masuk sekolah. Masa ini merupakan masa menjelajah, yaitu anak ingin tahu keadaan lingkungan, bagaimana
mekanismenya, bagaimana perasaannya, & bagaimana ia dapat menjadi bagian
dari lingkungan. Periode meniru tindakan & pembicaraan orang lain,
identifikasi pada figur yang ada di lingkungannya yang merupakan awal dari proses identitas diri.
Dari teori-teori yang menarik tersebut dapat kelompok
simpulkan bahwa masa ini adalah masa emas anak-anak dalam perkembangannya, masa
bermain, menjelajah, kooperatif, sangat imajinatif, melakukan imitasi,
perkembagan yang amat cepat dan perubahann dramatis dalam kognisi, serta peka
untuk menerima berbagai stimulasi dan berbagai upaya pendidikan dari
lingkungannya. Oleh karena itu, kelompok memilih anak-anak yang berada pada
masa prasekolah, khususnya taman kanak-kanak yaitu pada usia 5-6 tahun.
Anak perlu diberikan pendidikan yang
sesuai dengan perkembangannya dengan cara memperkaya lingkungan bermainnya.
Berarti orang dewasa perlu memberi peluang kepada anak untuk menyatakan diri,
berekspresi, berkreasi,dan menggali sumber-sumber terunggul yang tersembunyi
dalam diri anak. Untuk weujudkan hal itu, secara umum kelompok terilhami untuk
membuat kegiatan yang berfokus pada kegiatan belajar menggambar, mewarnai,
menghitung, menulis, meniru, dan menempel benda. Beberapa aspek yang ingin
dikembangankan dari kegiatan-kegiatan tersebut yaitu bertujuan untuk
mengakomodir perkembagan motorik halus yang berkembang pesat, koordinasi
mata-tangan, kemampuan visualisasi, memori, imajinasi, dan kreativitas.
Kelompok akan melakukan kegiatan
mengajar selama dua hari. Menurut Sudarwan (2013), mengajar berasal dari kata
“ajar” yang bermakna memberi petunjuk atau menyampaikan informasi, pengalaman,
pengetahuan, dan sejenisnya kepada subjek didik tertentu agar mereka mengetahui
dan memahaminya sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Pengajaran merupakan
semua proses tindakan yang terjadi dalam kerangka kegiatan mengajar. Kegiatan
itu mulai dari merencanakan, melaksanakan, menilai, menganalisis hasil,
melakukan refleksi, dan membuat tindak lanjut bagi kegiatan mengajar
berikutnya.
Dalam konteks formal (karena
kelompok melakukan kegiatan mengajar di sekolah TK Dharma Pancasila), maka
kegiatan mengajar normalnya dilakukan oleh guru. Tujuan guru mengajar adalah
untuk mentransformasikan pengetahuan dan keterampilan, serta memberikan
pewarnaan nilai pada siswa. Guru yang cerdas memiliki tiga karakteristik
(menurut Sudarwan, 2013) yaitu jujur, integritas, serta memiliki kemampuan
komunikasi yang baik dengan siswa.
·
Kejujuran sangat penting bagi kehidupan
guru, dan memainkan peran khusus dalam perilaku sebagai contoh yang baik untuk
banyak orang.
·
Integritas berupa kelengkapan dan
kesatuan karakter, rasa percaya diri, dan identitas pribadi yang menunjukkan
sebagai pribadi yang unggul, serta berkemampuan mengendalikan siswa.
·
Berkomunikasi di dalamnya termasuk
kemampuan menikmati antusiasme ditengah-tengah kebisingan yang intens bagi anak
didik yang sedang tumbuh dan berkembang. Ini berarti guru harus memiliki
kemampuan empati, melihat situasi siswa ke dalam dirinya, serta ia juga
merupakan pendengar yang baik.
Guru
yang mengajar di Taman Kanak-kanak juga tetap diharapkan memiliki karakteristik
guru cerdas diatas. Di tambah lagi jika mengingat lingkungan belajar Taman
Kanak-kanak yang tidak sepenuhnya kondusif (anak-anak masih sering bermain,
berlari-lari dan menimbulkan kebisingan). Maka diharapkan guru memiliki
kemampuan yang baik untuk menjadi contoh berperilaku, kemampuan megendalikan
siswa, dan tidak perlu tersulut emosi jika berada dalam lingkungan belajar yang
tidak kondusif.
Menurut
Addine (2001) dalam (Sudarwan, 2013) menyebutkan lima prinsip pedagogi. Namun
tiga prinsip pedagogis yang coba kami terapkan dalam kegiatan mengajar ini
adalah; Pertama, mengkombinasikan
karakter kolektif dan individual pendidikan, serta penghormatan terhadap
kepribadian siswa. Setiap siswa memiliki kekhususan yang unik yang
membedakannya dari yang lain, juga memiliki hak untuk dipertimbangkan dan
dihormati. Setiap siswa mungkin memiliki cara dan penanganan yang berbeda dalam
proses belajarnya. Maka guru juga harus sensitif terhadap hal ini agar proses
belajar-mengajar bisa berjalan dengan efektif.
Prinsip
yang kedua adalah domain kognitif dan
afektif tidak berada dalam suasana yang kering. Dalam proses belajar mengajar,
kedua domain ini harus diaktifkan agar pelajaran yang siswa dapatkan lebih
mudah untuk dipahami. Kemungkinan mengetahui dunia sekitar dan dunianya
sendiri, serta pada saat yang sama itu pula, perasaan dan tindakan bisa
terpengaruh.
Prinsip
yang ketiga adalah masing-masing
subsistem aktivitas, komunikasi, dan kepribadian saling terkait satu sama lain.
Aspek kepribadian dibentuk dan dikembangkan atas aktivitas melalui proses
komunikasi. Selama kehidupannya siswa menjalankan sejumlah besar kegiatan dan
berkomunikasi secara terus menerus yang pada dasarnya proses ini merupakan
pendidikan kepribadian.
Berdasarkan tinjauan aspek
pedagogis, masa usia dini merupakan masa peletak dasar atau pondasi awal bagi
pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Diyakini oleh sebagian pakar, bahwa
masa kanak-kanak yang bahagia merupakan dasar bagi keberhasilan di masa
mendatang dan sebaliknya. Untuk itu, agar pertumbuhan dan perkembangan tercapai
secara optimal, maka dibutuhkan situasi dan kondisi yang kondusif pada saat
memberikan stimulasi dan upaya pendidikan yang sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak. (Dr. Yuliani Nurani Sujiono,
2009).
Kelompok akan melakukan kegiatan
pengajaran di TK Dharma Pancasila, Jl. Dr. Mansyur. Di sekolah tersebut
terdapat 1 ruang kelas, dengan 20 orang murid, dan 2 orang guru. Lokasi sekolah
termasuk kondusif, dengan keadaan bersih, rapi serta terdapat berbagai jenis
tumbuh-tumbuhan disana. Sekolah memiliki taman bermain di depan dan di halaman
tengah sekolah yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas permainan dan pada
dinding sekolah, terdapat banyak gambar-gambar menarik. Di dalam ruangan kelas,
terdapat papan tulis, berbagai alat peraga, permainan, gambar-gambar seperti binatang,
huruf, angka dan lainnya dengan bentuk yang menarik. Meja dan kursi di cat
berwarna-warni, dan dikelompok menjadi tiga bagian. Tiap bagian berupa empat
meja kecil yang dirapatkan dan kursi dibuat saling berhadapan. Terdapat satu
bagian di depan dan dua bagian di belakang. Terdapat rak buku pula khusus untuk
masing-masing anak. Ruangan kelas tergolong lumayan luas dan nyaman.
II. Konsep Rancangan
Pembelajaran
A.
Gambaran
Umum Proses Pembelajaran yang Diterapkan oleh Pihak Sekolah
Dari
hasil diskusi dengan kepala sekolah dan guru TK Dharma Pancasila yang dilakukan
kelompok, diketahui bahwa TK tersebut menggunakan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan
pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu
tema/topik pembahasan. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004: 6) menyatakan bahwa
pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan,
keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif
dengan menggunakan tema.
Sebelum
kegiatan belajar mengajar dimulai, biasanya guru akan membuat rancangan
pengajaran sesuai dengan tema. Jadi, kelompok menyesuaikan materi yang akan
disampaikan dengan tema dari TK tersebut, dimana pada jadwal kelompok akan
melakukan pembelajaran, tema yang dirancang TK adalah tentang alat komunikasi.
Dalam
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan setiap hari, urutan pengajaran terdiri
dari 4 tahap, yaitu:
1)
Pembukaan
(durasi 30 menit), berupa berdoa, bernyanyi, menari dan pemberitahuan tentang
tema pembelajaran yang akan disampaikan pada hari tersebut).
2)
Inti
(durasi
60 menit), akan dibagi menjadi 3 sesi. Tahap ini berisi penyampaian materi
pokok. Guru akan membagi murid menjadi tiga kelompok, dengan 3 jenis materi
yang berbeda. Setiap materi membutuhkan waktu 20 menit untuk diselesaikan.
Setelah 20 menit, materi dirotasi ke kelompok yang lain, sehingga setiap
kelompok mendapatkan 3 materi selama 60 menit.
3)
Istirahat
(durasi 30 menit). Sebelum bermain-bermain, anak-anak diwajibkan untuk cuci
tangan dan memakan bekal bersama terlebih dahulu.
4)
Penutupan
(durasi 30 menit). Pada tahap ini, guru akan menanyakan dan menstimulasi anak
kembali untuk mengemukakan hal-hal yang telah mereka pelajari pada hari itu
sebagai bentuk kesimpulan.
Dalam proses pengajaran yang akan
dilakukan, kelompok akan melakukan 2 (dua) kali pertemuan dengan durasi masing
masing pertemuan selama 60 menit. kelompok akan ikut serta pada tahap inti pengajaran yang akan bekerja sama
dengan guru di kelas. Proses perkenalan murid dan anggota kelompok akan
dilakukan beberapa hari sebelum pertemuan pertama, pada tahap pembukaan. Pada
hari itu pula, kelompok akan melakukan diskusi dan observasi tentang proses
belajar dan mengajar yang akan dijadikan bekal bagi kelompok untuk melakukan
pengajaran selanjutnya.
B.
Deskripsi
Rancangan Kegiatan Pembelajaran
Selama dua kali pertemuan, terdapat
enam kegiatan yang sudah dirancang oleh kelompok, yaitu:
a.
Menggambar
dan Mewarnai Alat Komunikasi
Pada kegiatan ini kelompok menyediakan sebuah lembar kerja
yang akan dibagikan pada setiap anak. Lembar kerja tersebut terdiri dari kolom
nama anak, gambar persegi panjang, dan kata “handphone” di bawah gambar. Contoh lembar kerja dapat dilihat di
lampiran.
Pada tugas ini, anak diminta untuk menggambar bagian layar
dan tombol handphone, lalu menomori
dengan angka 1-9 dan ditombol paling bawah tengah angka 0. Setelah itu anak
dapat mewarnai handphone tersebut.
Sebelumnya salah satu pengajar (salah satu anggota kelompok) bertugas
memberikan contoh cara menggambar layar dan tombol tersebut di papan tulis.
Kegiatan ini terinspirasi dari salah satu prinsip dari tiga
prinsip yang perlu diperhatikan dalan pendidikan anak usia dini menurut Froebel
( (Dr. Yuliani Nurani Sujiono, 2009),
yaitu the occupation, serangkaian kegiatan yang memberikan kesempatan
pada anak untuk berekspresi artistik. Kegiatan yang dapat dilakukan sesuai
dengan metode Froebel, antara lain: bermain lilin, kayu kotak-kotak,
menggunting kertas, menganyam, meronce, menggambar, menyulam, bahasa dan
aritmatika.
Kelompok menilai, kegiatan ini dapat mengasah kemampuan anak
berekspresi dengan kreativitasnya untuk mewarnai dan menggambar model handphone sendiri. Anak juga dilatih
menuliskan angka dan mngurutkannya dibagian tombol. Anak juga diajarkan mengeja
kata dari bahasa asing yaitu “handphone”
untuk pengembangan kemampuan bahasa.
b.
Hitung
Handphone-mu!”
Kegiatan ini berupa kegiatan menghitung jumlah handphone yang disediakan lalu
menuliskan jumlahnya di lembar kerja. Pada kegiatan ini kelompok menyediakan
sebuah lembar kerja yang akan dibagikan pada setiap anak. Lembar kerja tersebut
terdiri dari kolom nama anak, tiga model gambar handphone dan kotak tempat mengisi angka nominal jumlah tiap model handphone. Tiap model handphone memiliki jumlah yang berbeda
dan dibuat dalam bentuk potongan-potongan kertas yang terpisah. Contoh lembar
kerja dapat dilihat di lampiran.
Kegiatan ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan
kognitif anak yaitu berhitung dengan jumlah 1-20, dan mengenalkan pada anak
bahwa satu benda dapat memiliki bentuk beragam (model handphone) sehingga dapat mengembang konsep berpikir anak.
c.
Bermain
Drama
Pada kegiatan ini
masing-masing anak diberi peran
tertentu, dan ditugaskan memerankan peran itu dengan menirukan gayanya dan hal
yang biasa dilakukan peran tersebut di depan kelas. Anak juga diminta memberi
penjelasan singkat mengenai peran yang diterimanya. Peran-peran yang ditugaskan
berupa polisi, dokter, tukang bakso, pembeli bakso, guru, penari, orang sakit,
penjahat, putri, nenek sihir, dan karakter-karakter lain baik dalam dongeng
mapun film kartun. Peran-peran yang berkaitan seperti polisi-penjahat,
dokter-orang sakit, ditampikan bersamaan.
Menurut Smilansky (Dr. Yuliani
Nurani Sujiono, 2009), bermain melalui dramatic play ini sangat penting dalam mengembangkan kreatvitas,
inteletualitas, bahasa, keterampilan sosial dan emosional. Melalui kegiatan ini
anak dapat mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah, belajar
menampilkan peran yang dapat diterima di lingkungannya, dan juga keterampilan
bersosialisasi agar kelak mampu menyesuaikan diri dengan kelompok sosial di
masyarakat ataupun teman sebayanya.
d.
Menghias
Alat Komunikasi
Pada kegiatan ini anak diberi lembar kerja yang berisi kolom
nama dan gambar amplop. Anak ditugaskan untuk menghias amplop tersebut dengan
menempelka potongan-potongan kertas origami yang kecil dan beragam warna dan
bentuk. Tiap bagian amplop harus terisi penuh dan tidak ada bagianyang tidak
tertempel, dan masing-masing bagian amplop harus berisi 1 warna (ada 4 bagian).
Tugas ini bertujuan
untuk melatih gerakan motorik halus, yaitu kegiatan yang banyak melibatkan
gerak tangan dan jari –jari tangan. Kegiatan ini juga terinspirasi prinsip the
occupation menurut Froebel ( (Dr.
Yuliani Nurani Sujiono, 2009), yaitu, serangkaian kegiatan yang
memberikan kesempatan pada anak untuk berekspresi artistik. Diharapkan kegiatan
ini mengembangkan kreativitas anak, kemampuan spasialnya (ketika berusaha
menyatukan berbagai bentuk potongan
origami), dan koordinasi mata-tangan.
e.
Menulis
Kata
Pada kegiatan ini anak ditugaskan menulis kata “SURAT” pada
lembar kerja yang telah disediakan. Pada lembar kerja tersebut terdapat contoh
kata “surat” yang bergaris tebal, lalu dibawahnya kolom kata “surat” yang
bergaris terputus-putus, lalu beberapa kolom kosong dibawahnya.
Kegiatan ini difokuskan melatih kemampuan anak dalam menulis
beberapa bentuk huruf dan membaca kata tersebut yaitu fokus pada perkembangan
kognitif,l konsentrasi dan gerakan motorik halus anak.
f.
Meniru
Suara Binatang
Pada kegiatan ini pengajar akan bercerita di depan kelas
tentang perjalanan ke kebun binatang dan nantinya menyebutkan jenis-jenis
binatang. Anak ditugaskan untuk memperhatikan den mendengar dengan seksama
cerita dari pengajar. Ketika pengajar mengatakan salah satu jenis binatang,
anak harus menirukan suara binatang yang dimaksud. Misalnya ketika pengajar
mengatakan “kucing” maka ana-anak harus bersuara “meoooooow”.
Kegiatan sederhana ini bertujuan untuk mengembangan kemapuan
konsentrasi anak untuk fokus, mengotimalkan pendengaran (auditory), daya
imajinasi, memori, serta kemampuan anak untuk menirukan objek yang tidak ada
dihadapannya (hanya mengandalkan pengetahuan dan pengalaman mengenai binatang
yang pernah didapat sebelumnya).
C.
Pembagian
Sekuen Pembelajaran
a.
Pertemuan
I
1)
Pembukaan
Sesi ini dibuka oleh
ibu guru TK
Durasi
: 30 menit
Guru
melakukan kegiatan seperti biasa yaitu berdoa, bernyanyi, menari dan
pemberitahuan tentang tema pembelajaran yang akan disampaikan pada hari
tersebut. Setelah itu, guru memberitahu pada anak-anak bahwa kelompok yang akan
memberi pengajaran pada tahap inti.
2)
Inti
Sesi ini dilakukan oleh
: kelompok
Durasi : 60 menit
Kegiatan :
·
Menggambar dan Mewarnai Alat Komunikasi
·
Hitung Handphone-mu!”
·
Bermain Drama
Ketiga kegiatan tersebut akan dibagi menjadi
3 sesi. Pengajar akan membagi murid menjadi tiga kelompok, dengan 3 jenis kegiatan
yang berbeda. Setiap materi membutuhkan waktu 20 menit untuk diselesaikan. Untuk
kegiatan pertama dan kedua, setelah 20 menit, materi dirotasi ke kelompok yang
lain. Jadi ada 1 kelompok yang mengerjakan kegiatan pertama (menggambar dan
mewarnai alat komunikasi) dan 2 kelompok lainnya mengerjakan kegiatan kedua
(hitung handphone-mu!), lalu dirotasi
menjadi sebaliknya , 1 kelompok tadi mengerjakan kegiatan kedua, dan 2 kelompok
lagi mengerjakan tugas pertama. Namun untuk materi terakhir (bermain drama),
semua kelompok melakukan kegiatan ini bersama. Jadi, setiap kelompok mengerjakan
3 kegiatan selama 60 menit.
3)
Istirahat
Durasi : 30 menit
Sebelum
bermain-bermain, anak-anak diwajibkan untuk cuci tangan dan memakan bekal
bersama terlebih dahulu.
4)
Penutupan
Durasi : 30 menit
Pada tahap ini, guru
akan menanyakan dan menstimulasi anak kembali untuk mengemukakan hal-hal yang
telah mereka pelajari pada hari itu sebagai bentuk kesimpulan.
b.
Pertemuan II
1)
Pembukaan
Sesi ini dibuka oleh
ibu guru TK
Durasi
: 30 menit
Guru
melakukan kegiatan seperti biasa yaitu berdoa, bernyanyi, menari dan
pemberitahuan tentang tema pembelajaran yang akan disampaikan pada hari
tersebut. Setelah itu, guru memberitahu pada anak-anak bahwa kelompok yang akan
memberi pengajaran pada tahap inti.
2)
Inti
Sesi ini dilakukan oleh
: kelompok
Durasi : 60 menit
Kegiatan :
·
Menghias Alat Komunikasi
·
Menulis Kata
·
Meniru Suara Binatang
Ketiga kegiatan tersebut akan dibagi menjadi
3 sesi. Pengajar akan membagi murid menjadi tiga kelompok, dengan 3 jenis kegiatan
yang berbeda. Setiap materi membutuhkan waktu 20 menit untuk diselesaikan. Untuk
kegiatan pertama dan kedua, setelah 20 menit, materi dirotasi ke kelompok yang
lain. Jadi ada 1 kelompok yang mengerjakan kegiatan pertama (menghias alat
komunikasi) dan 2 kelompok lainnya mengerjakan kegiatan kedua (menulis kata)
lalu dirotasi menjadi sebaliknya 1
kelompok tadi mengerjakan kegiatan kedua, dan 2 kelompok lagi mengerjakan tugas
pertama. Namun untuk materi terakhir (meniru suara binatang), semua kelompok
melakukan kegiatan ini bersama. Jadi, setiap kelompok mengerjakan 3 kegiatan selama 60 menit.
3)
Istirahat
Durasi : 30 menit
Sebelum bermain-bermain, anak-anak diwajibkan untuk cuci
tangan dan memakan bekal bersama terlebih dahulu.
4)
Penutupan
Durasi : 30 menit
Pada tahap ini, guru akan menanyakan dan menstimulasi
anak kembali untuk mengemukakan hal-hal yang telah mereka pelajari pada hari
itu sebagai bentuk kesimpulan.
D.
Pembagian Tugas Kelompok
a.
Pertemuan
I
Sebelum memulai inti, pengajar terlebih dahulu menjelaskan
keseluruhan kegaiatan, yaitu:
· Menggambar
dan Mewarnai Alat Komunikasi, dijelaskan oleh Novika
· Hitung
Handphone-mu!”, dijelaskan oleh Nurul
· Bermain
Drama, dijelaskan oleh Anggi
Kemudian
tiap meja di koordinir oleh satu orang pengajar, yaitu:
· Meja
1 (kelas A) oleh Novika
· Meja
2 (kelas B) oleh Nurul
· Meja
3 (kelas C) oleh Anggi
Observasi dilakukan oleh Annisa.
b.
Pertemuan
II
Sebelum memulai inti, pengajar terlebih dahulu menjelaskan
keseluruhan kegaiatan, yaitu:
· Menghias
Alat Komunikasi, dijelaskan oleh Nurul
· Menulis
Kata dijelaskan oleh Novika
·
Meniru Suara Binatang, dijelaskan oleh
Annisa
Kemudian tiap meja di
koordinir oleh satu orang pengajar, yaitu:
· Meja
1 (kelas A) oleh Novika
· Meja
2 (kelas B) oleh Nurul
· Meja
3 (kelas C) oleh Annisa
Observasi dilakakan oleh Anggi
E.
Alat Bantu yang Digunakan
a.
Pertemuan
I
·
Lembar kerja “Menggambar dan Mewarnai Alat Komunikasi”
·
Lembar kerja “Hitung Handphone-mu!”
·
Potongan-potongan gambar handphone dalam tiga model yang berbeda
·
Piring kecil tempat gambar
b.
Pertemuan
II
· Lembar
kerja “Menghias Alat Komunikasi”
· Potongan
\-potongan origami berbagai bentuk dan warna
· Lem
· Gunting
· Piring
kecil tempat origami
·
Lembar kerja “Menulis Kata”
III. Proses
Pembelajaran
Observasi
yang dilakukan adalah participant
observation. Observer tidak melepaskan diri dari kegiatan mengajar¸
melainkan ikut masuk dengan kegiatan yang dilakukan anak didik.
a.
Skenario
observasi
Kegiatan
observasi bisa dilakukan ketika observer berada dekat dengan anak didik dan
ikut serta dalam kegiatan mereka. Observer sesekali membantu mereka mengerjakan
tugasnya terutama jika mereka meminta pertolongan,
b.
Objek
observasi
Objek
observasi terbagi menjadi dua yaitu observer (yang diobservasi adalah aspek
komunikasinya) dan peserta anak didik (yang diobservasi adalah respon mereka).
·
Komunikasi (pengajar):
o
Kontak mata. Pengajar menciptakazn
kontak mata dengan anak sesering dan sebaik mungkin. Kontak mata juga sebisa
mungkin membuat mereka nyaman, bukan sebaliknya membuat mereka menimbulkan
kesan bahwa pengajar adalah figur yang otoritas dan harus ditakuti.
o
Body
language. Pengajar tidak memberikan instruksi dengan cara
berdiri (kecuali saat berbicara di depan kelas yang ditujukan kepada seisi
kelas), namun saat berbicara pengajar duduk/berjongkok di samping mereka,
memberikan bimbingan kepada anak didik saat mengerjakan tugas. Pengajar
mendatangi anak satu per satu untuk memastikan bahwa kegaiatan belajar
berlangsung dengan baik. Sesekali pengajar juga memeluk anak ketika ia sudah
mulai kehilangan fokus dan semangat ia agar bisa kembali belajar.
o
Pilihan kata dan kalimat. Pengajar
berhati-hati untuk memilih kata yang akan diucapkan kepada anak, serta tidak
menggunakan nada yang tinggi namun tegas dan jelas.
·
Respon audiens: 4 dari 5 anak didik di
kelompok A memberikan respon yang baik atas kehadiran para pengajar. Mereka
tidak memberikan perlawanan namun 1 orang anak terkesan masih malu malu,
meskipun sesekali ia mencoba berbicara dengan pengajar. Sedangkan 1 orang anak
lagi cenderung sulit untuk didekati karena beberapa alasan. Pada hari kedua,
anak tersebut menangis sejadi-jadinya. Sejak awal kelas dimulai ia memang tidak
memberikan perhatian yang cukup dan tidak mau mengerjakan tugasnya.
c.
Laporan
proses dan hasil
Laporan:
·
Hari pertama. Sebelum pembukaan oleh
guru, anak-anak masih berada di luar kelas dengan seorang guru pendatang (guru
musik) dan ia juga membawa alat musik (organ) yang dimainkannya pada saat itu
juga. Anak diajak bernyanyi lagu lagu yang telah mereka pelajari sebelumnya.
Kegiatan ini berlangsung dari pukul 08.00-08.45. Kemudian berlanjutlah ke tahap
pembukaan oleh guru selama 15 menit, isinya berupa pemberitahuan tentang tema
yang akan mereka pelajari pada hari itu dan hari-hari yang selanjutnya.
Kemudian anak dibawa masuk ke dalam kelas untuk mulai ke tahap inti pengajaran.
Tahap
inti dimulai pada pukul 09.00, dengan tiga buah materi. Yaitu penulisan huruf hijaiyah ‘Ha’, menggambar alat
komunikasi handphone dan menghitung
bentuk 2 dimensi dari dua jenis handphone
yang berbeda. Anak didik dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok A (yang berisi
anak dengan usia yang lebih muda 4-5 tahun) dan kelompok B (anak dengan usia
diatas usia anak kelompok A), namun kelompok B dibagi kembali menjadi 2,
sehingga totalnya terdapat 3 buah kelompok pada 3 meja yang berbeda.
Instruksi
tugas disampaikan secara bergiliran namun pada waktu yang sama di depan kelas
dan semua anak memperhatikan. Dalam pelaksanaannya, setiap meja memiliki 1
jenis tugas yang berbeda, kemudian jika telah selesai satu tugas, akan digilir
tugas selanjutnya hingga pada akhirnya satu kelompok bisa mendapatkan 3 tugas
yang berbeda. Tugas menulis huruf hijaiyah,
pengajar mengambilnya dari buku pelajaran anak, sedangkan dua meteri lain
kelompok pengajarlah yang membuat lembar kerjanya.
Dalam
rancangan pembelajaran di awal, diperkirakan durasi yang diperlukan untuk
menyelesaikan 1 tugas adalah 15 menit, namun dalam pelaksanaannya ada beberapa
anak yang menyelesaikan tugasnya sesuai dengan rencana yang kelompok pengajar
buat, namun di kelompok A hanya terdapat 2 dari 5 anak yang mampu menyelesaikan
3 materi tersebut.
Guru
utama yang biasanya mengajar di kelas sehari-hari, masih tetap berada di dalam
kelas meskipun para pengajar tamu yang memegang forum. Hal ini dikarenakan
beliau bertindak dalam memantau jalannya proses belajar-mengajar, serta
membantu pengajar menenangkan anak jika terjadi keributan.
Setiap
kelompok (A, B1 dan B2) diawasi oleh seorang pengajar yang bertugas membantu
dan membimbing anak dalam pelaksanaan tugasnya. Setelah pembukaan dilakukan
oleh pengajar (memperkenalkan diri dan tujuan datang kesana), pada 09.05 proses
inti pembelajaran sudah dimulai. Namun materi pertama (menulis huruf hijaiyah) disampaikan oleh guru utama.
Anak didik mengerjakannya di buku pelajaran mereka. Setelah itu, materi kedua
disampaikan oleh pengajar tamu tentang
bagaimana menggambar handphone, pada
lembar kerja telah disiapkan gambar persegi panjang sebagai bentuk stimulus.
Selanjutnya pengajar menyampaikan materi ketiga tentang berhitung gambar 2
dimensi handphone dengan 3 jenis yang
berbeda. Setelah itu, anak menuliskan jumlah handphone sesuai dengan jenisnya. Ini ditujukan untuk melatih
kemampuan berhitung dan menulis mereka. Sedikit permasalahan terjadi pada hari
ini dikarenakan kordinasi yang kurang matang antara anggota kelompok kami dalam
menyiapkan materi ketiga (berhitung), hingga di dalam kelas kami masih
membicarakan untuk materi ketiga.
Setelah
ketiga materi telah disampaikan, kemudian pada 09.20 anak mulai mengerjakan
tugasnya satu per satu. Target diselesaikannya fase inti yaitu pada pukul
10.00, namun mundur hingga pukul 10.20 karena beberapa anak belum bisa
menyelesaikan tugasnya pada pukul 10.10. Sejak pukul 10.20 hingga 10.40
kegiatan anak selanjutnya adalah makan bekal yang telah mereka bawa sendiri
dari rumah. Sebelum makan, anak-anak membaca doa dan melafazkan perjanjian
makan. Jika sudah selesai, anak diperbolehkan bermain di pekarangan sekolah
sekaligus menunggu jemputan pulang. Maka kegiatan belajar-mengajar pada hari
itu telah berakhir.
Pada
hari pertama hanya 3 dari 4 anggota kelompok yang hadir dikarenakan 1 anggota
kelompok yang lain memiliki jadwal kuliah.
·
Hari kedua. Pengajar tamu sampai ke
sekolah pada pukul 08.55 dan langsung menuju kelas karena sudah akan memasuki
fase inti. Sesampainya di kelas, guru utama langsung memberikan proses
pembelajaran kepada kami, meskipun beberapa kali beliau memberikan masukan
untuk kami serta membantu menenangkan anak didik. Pada hari kedua ada dua
materi (dengan lembar kerja dibuat sendiri) dan sebuah cerita yang disampaikan
di awal fase inti. Cerita yang dimaksud melibatkan kemampuan anak dalam
menirukan suara hewan. Cerita berlatar belakang kebun binatang, ketika pengajar
menyebutkan nama hewan, maka anak ditugaskan untuk menirukan suara hewan
tersebut.
Materi
kedua adalah menebalkan kata. Kata yang dimaksud bertuliskan “SURAT’ yang juga
sebagai alat komunikasi. Terdapat perbedaan lembar kerja untuk kelompok A dan
B. Penugasan pada kelompok A lebih dipermudah dengan bantuan garis putus-putus.
Materi
ketiga adalah melengkapi pola. Anak diberikan pola amplop pada selembar kertas
(amplop mengindikasikan surat), kemudian anak diminta untuk menempel origami
pada pola tersebut. Di tugas ini juga melibatkan kemampuan anak dalam mengenali
warna, dan hasilnya hampir semua anak sudah memiliki kemampuan mengenali
warna-warna umum (merah, coklah, biru, hijau, merah muda, kuning).
Setelah
tiga materi disampaikan, pada pukul 09.20 anak-anak mulai mengerjakan tugasnya.
Masih dengan konsep yang sama, setiap meja didampingi dengan seorang pengajar,
jumlah meja 3 dengan 3 orang pengajar. Hari kedua dihadiri oleh 3 orang
pengajar tamu, karena seorang pengajar memiliki jadwal bimbingan skripsi.
Beberapa anak membutuhkan bimbingan terutama pada materi melengkapi pola.
Pukul
10.05 anak-anak sudah menyelesaikan tugasnya, kemudian dilanjutkan dengan
makan. Pukul 10.15 pengajar sudah berpamitan meskipun kelas belum selesai
karena memiliki jadwal berkuliah pukul 10.30 pada hari tersebut. Namun karena
tidak ada lagi sesi mengajar setelah pukul 10.05 maka pengajar memutuskan untuk
meninggalkan sekolah pada pukul 10.15 dan bagi kami proses belajar-mengajar
hari kedua sudah berakhir.
Hal yang sedikit
mengganggu adalah ketika kami kurang mempersiapkan materi ajar dengan matang,
sehingga beberapa kali melakukan persiapan di dalam kelas. Hal ini disebabkan
adanya kesulitan koordinasi dengan setiap anggota yang memiliki kesibukan dan
jadwal kegiatan masing-masing, sehingga kordinasi seringnya tidak secara
langsung melainkan melalui media online.
Hasil
Kami
(kelompok pengajar tamu) tidak menyiapkan standar penilaian khusus karena
penilaian masih dilakukan oleh guru utama. Secara keseluruhan, meskipun kami
pada awalnya mengalami kesulitan dalam menyiapkan materi dan lembar kerja dalam
waktu yang singkat, namun proses belajar-mengajar masih dapat berjalan dengan
baik.
Anak didik memberikan respon yang
positif atas kehadiran kami disana, tentu saja kami pun berusaha sebaik mungkin
untuk berinteraksi dengan mereka agar tidak menimbulkan kesan negatif bagi
mereka. Materi pengajaran juga masih disesuaikan dengan materi yang sering
mereka dapatkan sehari-hari untuk melatih kemampuan berhitung, menulis,
kordinasi warna, motorik, dsb.
Dalam proses mengajar ada banyak hal
yang harus diperhatikan. Beberapa diantaranya adalah penggunaan bahasa tubuh
yang sesuai, pemilihan kata, kesiapan materi sebelum memulai kegiatan mengajar,
kesabaran saat membimbing dan membantu anak-anak, kordinasi yang matang dengan
anggota kelompok, serta perkiraan waktu yang dibutuhkan anak untuk
menyelesaikan tugasnya. Dibawah ini adalah beberapa hasil observasi proses
pembelajaran yang kami dapatkan:
·
Kegiatan belajar mengajar sehari hari
telah memiliki beberapa kegiatan wajib. Misalnya berdoa sebelum belajar dan
makan, adanya penambahan kegiatan seperti menari, bernyanyi (dengan
mendatangkan seorang guru musik), mengaji, setiap hari berisi 3 buah materi
yang digilirkan, dll.
·
Kebanyakan dari mereka sudah mampu
berhitung angka 1-20 namun belum mampu menuliskannya dengan dengan baik,
sehingga membutuhkan bantuan observer saat menggerakkan tangan mereka ketika
menulis, dan terkadang yang masih salah mengurutkannya.
·
Yang paling utama pada anak di kelompok
A adalah diajarkan untuk menulis namanya sendiri. Seperti pada angka, anak
masih mengalami kesulitan saat menuliskan huruf (namanya), berbeda dengan anak
kelompok B yang tergolong sudah lebih baik.
·
Kelompok A mengalami kesulitan pada
aspek motoriknya yang terlihat pada salah satu tugas (mengisi pola surat dengan
kertas origami), karena anak masih belum lancar mengerjakannya dan tergolong
lebih lamban dari kelompok B.
·
Anak didik dari kelompok A dan B cukup
sering menanyakan kepada pengajar tentang kesesuaian tugas yang mereka buat.
·
Anak-anak di kelompok A cukup mudah
teralihkan perhatiannya, misalnya karena lelah sehingga seseklai berhenti
mengerjakan tugas ataupun karena adanya hal lain yang lebih menarik perhatian
mereka (peristiwa salah seorang anak dari kelompok A yang menangis membuat
teman sekolompok merasa terganggu hingga teralikan perhatiannya dari tugas).
Kesimpulannya, jika dibandingkan dengan
kelompok B, kelompok A membutuhkan pendampingan yang lebih intens untuk membuat
mereka tetap fokus sehingga proses belajar-mengajar dapat berlangsung dengan
efektif. Guru yang terlibat juga harus memahami kondisi ini dan mencoba
bersabar dengan dinamika yang terjadi saat berinterksi dengan anak-anak.
Pada awalnya, kelompok mengalami sedikit
kesulitan untuk melakukan kordinasi dikarenakan jadwal yang tidak sesuai antara
satu anggota kelompok dengan yang lain, sehingga seringnya kordinasi dilakukan
melalui media online. Namun keadaan
seperti ini juga coba dipahami oleh setiap anggota kelompok sehingga tidak
terjadi konflik yang membahayakan keberlangsungan kegiatan ini.
Sebelum memasuki hari pelaksanaan
pertama, draft yang kami miliki
memang belum matang seutuhnya, namun sudah memiliki gambaran tentang keadaan
disekolah (karena telah melakukan observasi sebelumnya), proses
belajar-mengajar sehari-hari, sehingga kelompok sudah miliki ‘garis besar’
tentang yang akan dilakukan disana. Berhubung tema pembelajaran pada minggu
tersebut adalah ‘alat komunikasi’, maka kelompok menyesuaikan materi yang akan
diajarkan, yang bentuk-bentuknya telah disebutkan diatas.
Guru pengampu tetap berada di kelas
untuk memantau jalannya proses belajar-mengajar, serta membantu menenangkan
anak jika terjadi keributan. Seperti yang telah diceritakan diatas, ada
peristiwa ketika seorang anak dari kelompok A menangis. Kemudian ia dibawa
keluar dari kelas oleh guru tersebut supaya tidak menggangu kegiatan
belajar-mengajar yang sedang berlangsung. Kemudian kami dapatkan informasi dari
guru yang bersangkutan bahwa pola attachment
anak tersebut dengan kedua orang tuanya tidak berkembang dengan baik.
Ketika di rumah ia dibiasakan untuk sendiri dan tidak didorong untuk
bersosialisasi dengan orang lain, hal ini membuatnya kesulitan jika
bersosialisasi dengan orang lain termasuk teman sabayanya.
Kelompok tidak banyak melakukan
perubahan materi maupun mekanisme pengajaran dengan yang sudah diterapkan di
sekolah. seperti yang telah disebutkan dalam sehari ada tiga jenis materi yang
disampaikan (@ 15 menit), namun pada kelompok A
-yang belum memiliki pengalaman belajar cukup banyak serta usia yang masih
terbilang dini- belum mampu mendapatkan ketiga materi sekaligus dikarenakan
waktu yang cukup lamban bagi mereka untuk mengerjakan tugas.
IV. Evaluasi
Kami
menggunakan evaluasi berdasarkan teori pedagogi yang terdapat di bagian
rancangan pembelajaran diatas, yaitu teori tentang guru cerdas, dan teori
prinsip pedagogi dari Addine (2001).
Guru
yang cerdas memiliki tiga karakteristik (menurut Sudarwan, 2013) yaitu jujur,
integritas, serta memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan siswa.
·
Kejujuran. Sejauh yang diamati, pengajar
tidak melakukan hal-hal yang melanggar prinsip-pinsip kejujuran, dengan kata
lain tidak melakukan kebohongan kepada anak didik dan guru utama.
·
Integritas. Pengajaran yang dilakukan
menuntut pengajar untuk mememiliki rasa percaya diri yang baik. Berdasarkan
proses belajar-mengajar yang telah dilakukan, pengajar mampu menunjukkan rasa
percaya diri yang baik, namun sesekali masih mengalami penurunan.
·
Berkomunikasi. Pengajar melakukan
komunikasi di depan kelas maupun langsung mendatangi meja-meja anak didik untuk
melakukan komunikasi yang lebih intens.
Tiga
dari lima prinsip pedagogis yang coba diterapkan (Addine, 2001) :
Pertama,
mengkombinasikan karakter kolektif dan individual pendidikan, serta
penghormatan terhadap kepribadian siswa. Setiap siswa memiliki kekhususan yang
unik yang membedakannya dari yang lain, juga memiliki hak untuk dipertimbangkan
dan dihormati. Anak didik di kelompok A dan B memiliki perbedaan dalam beberapa
dimensi; usia, kemampuan menulis, berhitung, mengenali warna. Perbedaan ini
membuat pengajar melakukan sedikit perbedaan penanganan, yang mana anak didik
pada kelompok A mendapatkan pendampingan yang lebih intens.
Prinsip
yang kedua adalah domain kognitif dan
afektif tidak berada dalam suasana yang kering. Dalam proses belajar mengajar,
sebisa mungkin pengajar melibatkan aspek afeksi nya meskipun tidak sampai
dilakukan dengan maksimal.
Prinsip
yang ketiga adalah masing-masing
subsistem aktivitas, komunikasi, dan kepribadian saling terkait satu sama lain.
Aspek penting adalah komunikasi yang dapat mempengaruhi kepribadiannya.
Sehingga selama proses berlangsung anak diajak berkomunikasi, tidak hanya
berkaitan dengan tugas, namun hal-hal lain diluar konteks tersebut.
Komentar Individu
Anggi
Gurning (09-100)
Ketika mendapat tugas mengajar di TK, saya senang
sekali. Berhubung saya pernah mengajar di panti asuhan, kegiatan ini merupakan
salah satu kegiatan pelepas rindu. Namun mengajar di panti asuhan dan di TK
adalah sesuatu yang jauh berbeda. Sebelum mengajar, kami berbicara dengan
kepala sekolah, dan beliau mengajarkan kami banyak hal sebelum mengajar.
Berbeda dengan di panti yang langsung mengajar tanpa perlu adanya
pembukaan-inti-istirahat-penutup.
Di dalam kelas, saya bertemu dengan dua anak TK.
Mereka sangat antusias ketika akan mulai menggambar. Mereka berusaha berlomba
untuk mendapat nilai bagus. Antusiasme mereka membuat saya juga jadi semangat.
Sesekali mereka akan berantem karena penghapus atau crayon yang dipinjam tanpa
permisi, kalau sudah begitu mereka akan meminta saya memihak salah satu dari
mereka. Tingkah mereka yang seperti ini membuat saya tersenyum, dan kalau sudah
begitu saya akan mengajak mereka untuk saling berbagi dan permisi kalau akan
meminjam barang orang lain.
Novika
Susi Lestari (11-025)
Secara
keseluruhan, saya sangat menyenangi kegiatan belajar-mengajar ini. Kegiatan
berkumpul dengan anak-anak disertai dengan berbagai dinamika saat berinteraksi
dengan mereka merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi saya. Ada banyak
hal yang bisa dipelajari dari pengalaman mengajar beberapa hari yang lalu.
Misalnya strategi mengurus forum (yang berisi anak-anak yang sangat mudah
sekali teralih perhatiannya), merancang dengan matang materi pembelajaran yang
menyenangkan dan edukatif, melakukan koordinasi dengan anggota kelompok yang
terdiri dari berbagai angkatan dengan kesibukan yang berbeda, serta melakukan
hubungan kerja sama dengan TK Dharma Pancasila sejak satu minggu sebelum
kegiatan dilaksanakan.
Proses
pengajaran yang terjadi pun sangat berdinamika, untuk saya sendiri yang selama
dua hari menangani 5 orang anak didik dari kelompok A (yang tergolong lebih
muda dari kelompok B), merasa sedikit kesulitan. Namun tidak terlalu sulit
untuk melakukan pendekatan dengan mereka. Pendekatan tidak hanya dengan
memberikan instruksi yang jelas, tetapi juga ditambah dengan sentuhan fisik
yang bisa membuat anak nyaman dan mau bekerja sama, serta penggunaan bahasa dan
nada bicara yang bersahabat dengan mereka.
Pada
hari terakhir kegiatan ada perasaan senang karena tugas lapangan bisa
diselesaikan, namun muncul juga perasaan sedih ketika harus berpisah dengan
mereka, meskipun baru beberapa hari bertemu dan berinteraksi dengan mereka.
Hingga sesaat sebelum kami keluar dari kelas, salah seorang anak didik dari
kelompok A berkata dengan suara yang cukup lantang, “Besok kakak kesini lagi
ya!” membuat saya terhenti sejenak untuk kembali mengucapkan kata perpisahan
dan salam kepada mereka. Sungguh pengalaman yang sangat menyenangkan J
Nurul
Fadillah Siregar (11-071)
Sangat
seru, lihat mereka lucu-lucu dan menggemaskan. Awalnya sempat deg-degan, takut ntar sekolah tidak
menerima kami, atau anak-anaknya nakal, atau takut salah mengajar trus jadi garing (tidak lucu). Ternyata setelah
menjalaninya, semua anggapan saya salah. Kepala sekolah dan guru sangat
kooperatif, menerima, dan mau berdiskusi dengan kami untuk membahas
kegiatan-kegiatan pembejaran yang kami ajukan.
Ketika
memberi isntruksi di kelas saat awal pertama masih agak kaku, namun
lama-kelamaan sudah bisa lebih santai. Saya senang karena guru TK tersebut mau
memberi feedback dan arahan bagi kami
bagaimana cara berkomunikasi dengan anak, bentuk lembar kerja, dan sebagainya.
Saya
menagani 1 kelompok yang terdiri dari 4 orang anak perempuan. Ada 2 orang yang
pendiam, dan 2 lagi cukup sering berbicara. Pengalaman mengajar mereka lumayan
seru, misalnya saat menulis huruf hijaiyah, semua anak tersebut terus-terusan
bertanya pada saya “ini sudah benar kak?”, “kaaak ajarin”, saya pun agak
kewalahan karena mondar-mandir mengitari meja tersebut baik untuk memperhatikan
hasil kereja mereka, memberi arahan, maupun membantu mereka menulis (dengan
menggerakkan tangan mereka), namun hal itu tetap membuat saya senang dan betah
duduk dekat mereka. Sesekali saya memuji mereka misalnyadari segi hasil kerja,
atau penampilan, karena setahu saya anak usia dini perlu diberi reinforcement positif untuk meningkatkan
performanya.
Saya
juga menyelipkan sedikit pesan moral, misalnya ketika ada yang tidak membawa
penghapus, biasanya anak akan mengatakan “ibuuu, minta setip”, nah pada saat
itu saya ajarkan untuk meminjam dengan kalimat yang baik pada temannya. Atau
misalnya ketika mereka berebutan lem saat menempel origami, saya pun
mengajarkan mereka untuk saling berbagi dan belajar bersabar menunggu giliran.
Juga ketika ada yang menyakiti temannya, lalu mereka akhirnya bermaafan. Mereka
terlihat lucu J
Tidak
lupa saya ucapkan terima kasih pada Bu Fillia Dina Anggaraeni selaku dosen
pengampu mata kuliah Paedagogi yang memberi tugas ini pada kami. Walau awalnya
merasa kewalahan karena dikejar deadline dan
terasa agak memberatkan, namun hal itu terbalaskan dengan pengalaman berharga
yang saya dapatkan. Juga terima kasih pada teman sekelompok saya yaitu vika,
kak anggi, dan gadis (nama lain dari Annisa), kelompok kita penuh dinamika,
dengan karakter kita masing-masing, walau mungkin ada sedikit kekesalan yang
terkadang terbersit, namun pada akhirnya kita semua bisa melewatinya dan
belajar bersama, semoga pengalaman bermanfaat bagi kita semua.
Annisa
Avinda Ahmad (12-102)
Ini
adalah pengalaman pertama saya mengerjakan tugas yang seperti ini, yaitu
mengajar anak TK. Awalnya saya bingung dan tidak percaya diri untuk
melaksanakan tugas ini, tapi karna di bimbing dan di suport oleh kakak-kakak
sekelompok saya, saya jadi merasa bajwa saya bisa. Nah perasaan saya saat
mengajar anak TK sangat mengesankan, saya bisa dekat dengan banyak anak anak
yang lucu lucu, dan saya merasa sangat bangga karna bisa membantu mereka
mengerjakan tugas tugas mereka.
Ada
5 orang anak kelompok b di tk dharma wanita yang kami jadikan tempat untuk
pengajaran pada tugas kali ini. Di kelompok b ada 5 anak. 5 laki laki dan 1
perempuan. Disini anak anaknya lucu lucu, di kelompok b ini sifat anak anaknya
juga berbeda beda. Ada yang manja sekali dan selalu minta di perhatiin ada yang
suka melakukan tingkah tingkah aneh, walaupun begitu tetap saja lucu di lihat.
Saat mengerjakan tugas yg kami berikan pun ada yg terlihat semangat sekali
mengerjakannya, tapi ada juga yang bilang "kak capek" tapi setelah
melihat hasil dari pekerjaan temannya yang hampir jadi, dia bilang "cantik
juga kak lama lama" jadi dia pun ikut semangat mengerjakannya.
Lampiran
Lembar Kerja
1.
Lembar
Kerja “Menggambar dan Mewarnai Alat Komunikasi”
2.
Lembar
Kerja “Hitung Handphone-mu!”
3.
Lembar
Kerja “Menghias Alat Komunikasi”
4.
Lembar
Kerja “Menulis Kata”
Dokumentasi Kegiatan
DAFTAR
PUSTAKA
Danim, P. D. (2013). Paedagogi, Andragogi dan
Heutagogi. Bandung: ALFABETA, cv.
Dr. Yuliani Nurani Sujiono, M. (2009). Konsep Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta Barat: PT Macanan Jaya Cemerlang.
Hainstock,
Elizabeth G. Metode Pengajaran Montessori untuk Anak Prasekolah. Jakarta:
Pustaka Delapratasa, 1999.
Lahey, B. B. (2007). Psychology,
An Introduction, Ninth Edition. New York: Mc-Graw-Hill.
Papalia & Olds. 2008. Human
Development. New York: Mc Graw-Hill Book Co.
Sutirjo dan Sri Istuti Mamik.
(2005). Tematik: Pembelajaran Efektif dalam Kurikulum 2004.
Malang: Bayumedia Publishing.
Label: PEDAGOGI, PSIKOLOGI USU